Masih Waswas, Warga Pilih Mengungsi

- Kamis, 24 Januari 2019 | 12:58 WIB

TANJUNG SELOR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltara telah meninjau lokasi kejadian bencana abrasi dan gelombang laut di wilayah Sebatik Timur, Kabupaten Nunukan, Rabu (23/1).

Bersama BPBD Nunukan, tim BPBD Kaltara juga berkoordinasi dengan pihak terakit. Antara lain Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Nunukan, Camat Sebatik Timur, Kepala Desa Tanjung Aru, anggota DPRD Nunukan, Satgas Pengaman Perbatasan, Babinsa dan tokoh masyarakat setempat.

Kepala BPBD Kaltara Muhammad Pandi mengatakan, masyarakat yang menjadi korban gelombang dan abrasi telah diungsikan ke lokasi yang lebih aman oleh tim BPBD Nunukan. Termasuk pemberian bantuan logistik untuk korban.

"Sementara untuk penanganan fisik jalan dan siring yang rusak akibat abrasi dan hantaman ombak, ditangani langsung Dinas PU Nunukan," jelas Pandi saat diwawancara kemarin (23/1).

Diungkapkan Pandi, kejadian itu mengakibatkan kerusakan jalan dan bangunan disebabkan gelombang laut dan angin kencang. Karena tidak berfungsi baiknya tembok penahan gelombang. "Ketinggian gelombang laut yang datang melebihi tinggi tembok penahan gelombang yang ada. Termasuk belum terpasang atau tersambungnya seluruh tembok penahan gelombang yang ada di Pantai Marina dan Pantai Indah Desa Tanjung Aru," urainya.

Sesuai data korban yang dilaporkan Kepala Desa Tanjung Aru, total ada 18 KK yang terdampak gelombang dan abrasi. Sebanyak 9 KK dari RT 04 dan 19 KK di RT 16. Dari jumlah korban, 9 KK sudah mengungsi ke rumah warga lain yang lebih aman. Sementara yang lain memilih bertahan di kediamannya.

“Oleh pihak desa, pengungsi ditampung dan dibuatkan sekat-sekat kamar di bawah kolong rumah warga yang letaknya lebih aman di sekitar lokasi abrasi,” ungkapnya.

Darmawati (45), yang menjadi korban luka dan sempat dilarikan ke puskesmas saat terjadinya gelombang, dilaporkan kondisinya telah membaik walau masih agak trauma.

Walau gelombang sudah tak setinggi saat kejadian pada Senin (21/1) malam, warga desa yang bermukim di pesisir pantai tetap merasa waswas. Sebagian memilih mengungsi ke tempat yang aman dengan membawa barang-barang berharga yang dimiliki.

Karena menurut keyakinan warga setempat, gelombang laut tinggi merupakan siklus tahunan, yang diperkirakan masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan. Puncaknya, akan terjadi jelang perayaan tahun baru Imlek.

Di sisi lain, banyaknya sampah dan batang kayu yang terseret ombak, masih banyak menutup jalan-jalan lingkungan desa. “Maka segera dilakukan kerja bakti untuk membersihkan sampah dan kayu bangunan tersebut,” terang Pandi.  

Upaya darurat lain yang dilakukan, adalah memasang karung-karung pasir di sekitar jalan desa yang terdampak abrasi. Saat ini, kondisi jalan desa yang rusak dan tidak dapat dilalui kendaraan mencapai 30 meter.

"Warga bersama aparat TNI, hari ini (kemarin) masih melakukan pembongkaran rumah warga yang sudah tak layak huni," ujarnya.

Pihak PLN juga sudah diminta memutus aliran listrik ke rumah warga yang rusak akibat gelombang dan abrasi. “Agar tidak terjadi korsleting listrik yang dapat menyebabkan kebakaran dan merenggut nyawa warga,” lanjut Pandi.

Seluruh korban, nantinya juga mendapat bantuan dana dari Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setkab Nunukan, menyesuaikan dengan prosedur dan hasil rekomendasi dari BPBD Nunukan. (uno/udi)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X