TARAKAN - Mengantisipasi kenaikan harga ayam boiler atau ayam potong jelang Lebaran Idulfitri seperti tahun-tahun sebelumnya, Gubernur Kaltara Irianto Lambrie menyatakan sudah ada harga eceran tertinggi (HET) dari pemerintah.
Di Kalimantan Utara, kata, HET ayam potong bisa tidak sama dengan di Pulau Jawa. Karena ditambah tingkat inflasi masing-masing daerah dan biaya transportasi.
Dirinya pun mendorong pemerintah kabupaten/kota menetapkan HET, dengan catatan harus dibicarakan bersama dengan pihak terkait yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Pemprov Kaltara, kata dia, hanya sebatas memfasilitasi.
“Bukan Pemprov (Kaltara) sebenarnya. Itu kan secara Indonesia ada. Nanti masing-masing daerah ditambah dengan tingkat inflasi. Jadi enggak sama harga di Jawa dengan harga di sini,” ujarnya saat mendampingi monitoring Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Djahya Widayanti, Selasa (7/5).
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Disperindagkop-UMKM) Kalimantan Utara, Hasriani mengatakan, pihaknya sudah memfasilitasi pembahasan awal dengan sejumlah pemerintah daerah. Seperti dengan Pemkot Tarakan.
“Kami sudah melakukan rapat koordinasi dengan Pemkot dan tim di Kantor Wali Kota (Tarakan) yang difasilitasi oleh Biro Ekonomi Provinsi. Sudah ada beberapa rumusan, tapi belum ada penetapan,” ujar Hasriani.
Namun, dia mengaku sudah ada gambaran HET ayam potong berdasarkan hasil monitoring bersama Kementerian Perdagangan. Pihaknya tinggal menindaklanjuti hasil monitoring tersebut dengan mengelar pertemuan lanjutan bersama pihak terkait untuk menetapkan HET ayam potong.
“Kisaran Rp 40-an (ribu) mungkin. Kita pastikan dulu dengan intinya, jumlah stoknya ada berapa dari peternak itu. Karena kita lihat lagi aman saja sih, masih melimpah,” tuturnya.
Pertemuan nanti tidak hanya dengan instansi terkait, tapi juga membicarakan bersama peternak ayam, guna memastikan ketersediaan stok ayam jelang Lebaran nanti. Sehingga, tidak terjadi gejolak harga seperti tahun lalu yang bisa menembus hingga Rp 80 ribu per kilogram.
Termasuk antisipasi apabila peternak lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Yakni, dengan menyuplai stok ayam potong dari luar daerah.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Disdagkop-UMKM) Tarakan Tajuddin Tuwo yang dikonfirmasi, Rabu (8/5), juga membenarkan bakal ditetapkannya HET untuk ayam potong.
“Kayaknya ada HET baru yang mau dikeluarkan. Sekitar Rp 40 (ribu) mungkin,” ujarnya. (mrs/fen)