Kehilangan Mata Kanan, Harta Habis untuk Pengobatan

- Jumat, 5 Juli 2019 | 19:38 WIB

Aksi terorisme tidak hanya dilarang oleh agama, tapi juga menyisakan kenangan pilu bagi korbannya yang masih hidup. Salah satunya dialami Iwan Setiawan. 

 

MUHAMMAD RAJAB, Tarakan

 

Aksi pengeboman di depan kantor Kedutaan Besar Australia pada 9 September 2004, atau yang dikenal dengan bom Kuningan, terus terbayang dalam benak Iwan Setiawan. 

Mengenakan baju batik berwarna biru kombinasi putih, merah, dan hitam, Iwan Setiawan hadir di Hotel Tarakan Plaza, Tarakan, setelah diundang Badan Penanggulangan Terorisme Nasional (BNPT) untuk menjadi salah satu narasumber dalam seminar bertema Perempuan Agen Perdamaian. 

Pria berusia 44 tahun tersebut berbagi pengalamannya. Iwan menjadi salah satu korban luka dalam peristiwa pengeboman di depan Kedubes Australia, 9 September 2004 lalu.

Dari jauh, fisik Iwan masih terlihat sempurna. Ia masih bisa berdiri tegak dan beraktivitas layaknya manusia normal. Namun, Iwan sebenarnya hanya bisa melihat dengan satu mata, setelah mata kanannya rusak, akibat serpihan bom yang mengenainya.  

Iwan ingat betul detik-detik terjadinya teror bom tersebut. Kepada Rakyat Kaltara, dia bercerita apa yang dilakukannya sebelum bom itu meledak, hingga berdampak kepadanya. 

“Pada waktu itu, 9 September 2004, tepatnya jam 09.45 Wita, saya bersama almarhum istri, berboncengan naik sepeda motor. Saya ingin mengantarkan istri memeriksa kandungan di salah satu klinik di Manggarai,” terang pria yang telah dikaruniai dua anak ini. 

Tidak seperti sebelumnya, ketika itu Iwan berinisiatif melalui Jalan H Rasuna Said untuk menuju klinik. Padahal biasanya, Iwan justru melalui jalan di belakang yang tidak rawan macet dan lebih nyaman untuk dilalui.  

Belum sampai di klinik yang dituju, tiba-tiba bom meledak tepat di depan Kedubes Australia. Iwan bersama istrinya ketika itu, sebenarnya berada agak jauh dari tempat kejadian perkara (TKP). Diperkirakannya sekitar 200 meter. Namun, daya ledak bom yang begitu besar, membuat dirinya dan istri terlempar dari sepeda motor yang ditunggangi. Namun Iwan dan istrinya masih bisa bangkit. 

Bersama istrinya, Iwan berjuang dengan tenaga yang tersisa menuju tempat yang lebih aman. Ketika itu, tidak ada yang membantunya karena masing-masing orang selamat, juga harus menyelamatkan diri. 

Iwan bangkit dengan luka di lengan karena serpihan kaca. Yang lebih parah, mata kanannya rusak dan berdarah karena terkenal proyektil bom. 

“Jadi bola mata itu keluar, pecah, tapi proyektil bom itu masuk, nancap, dan kondisi waktu itu pijar atau bara,” bebernya.   

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X