TARAKAN – Hujan yang jarang mengguyur Tarakan akhir-akhir ini, berimbas pada produksi air bersih yang dihasilkan PDAM Tirta Alam. Karena ketersediaan air baku di embung yang terus berkurang.
Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Tarakan Timur, misalnya, tidak bisa memanfaatkan air PDAM secara normal, karena terus berkurangnya air baku di embung Kampung Satu/Binalatung sehingga berdampak pada penurunan produksi instalasi pengolahan air.
Menurut Kepala Bidang Produksi PDAM Tirta Alam Tarakan, Sudarto, kemampuan produksi IPA Kampung Satu saat ini hanya mencapai 80 liter per detik, dari produksi normal 150 liter per detik, atau berkurang hingga 50 persen.
“Berhubung embung sudah enggak ngalir, maka kami gunakan air sisa-sisa buangan dari anak-anak sungai,” ujarnya, kemarin (20/8).
Untuk mengalirkan air ke IPA Kampung Satu, sejak beberapa hari lalu pihaknya memasang tambahan pompa, karena pompa yang ada sebelumnya tidak bisa menyedot air di dalam embung, karena kering.
Namun, Sudarto tidak memungkiri upaya tersebut tidak bisa diharapkan banyak jika hujan jarang turun. Ketersediaan air baku dari upaya tersebut diperkirakan hanya mampu memberikan harapan dalam beberapa hari ke depan.
Sebenarnya, lanjut Sudarto, pihaknya telah menyiapkan alternatif penyelesaian lainnya dengan sedang membuat intake dari Sungai Indulung ke IPA Kampung Satu. Namun, terkendala surat-menyurat dalam hal pemanfaatan hutan lindung untuk pembangunan intake.
“Kalau seandainya tadinya itu dari Indulung tidak ada hambatan di surat-menyurat di hutan lindung, amanlah tahun ini. Kita kan sudah membuat intake di Indulung, Amal Baru sepanjang 11,4 kilometer. Saat ini terhambat di 2,5 kilo di lewati hutan lindung yang belum kita pasang pipanya. Insya Allah kalau sudah pipanya tahun ini terpasang, tahun depan aman wilayah timur,” bebernya.
Sementara, wilayah lain di Tarakan masih bisa mengalir. Menurut Sudarto, produksi air di IPA Persemaian masih mampu melayani pelanggan di Tarakan Barat. Karena ditunjang beberapa embung seperti Persemaian, Rawawasari dan Bengawan. (mrs/fen)