TARAKAN – Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan yang menyebabkan kabut asap, tidak hanya berdampak pada dunia penerbangan. Namun, juga berdampak pada hewan-hewan yang mendiami hutan Kalimantan.
Seperti disampaikan Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim, Dheny Mardiono, satwa di Tanjung Palas Timur masuk ke permukiman. Salah satunya, uwa-uwa atau kera.
“Sempat ditangkap warga saat masih sakit. Tapi lepas lagi pas sudah sehat. Laporan ini dari warga Tana Kuning pas ada kebakaran lahan. Mungkin satwanya di sekitar situ,” ujar Dheny, Minggu (22/9).
Di Kaltim, lanjutnya, karhutla yang menyebabkan kabut asap, juga mengganggu konservasi orangutan. “Kalau terjadi keadaan darurat, berarti kita harus melakukan evakuasi. Tapi, ternyata kita cukup intens melakukan pemadaman di sekitarnya. Jadi tidak sampai merambat,” ujarnya.
Dheny menambahkan, kewaspadaan kebakaran hutan di Kaltim diantisipasi agar tidak mengganggu satwa yang ada di Kaltara. Peristiwa kebakaran dan kabut asap di wilayah Kaltim dan Kaltara berpengaruh sekali dengan kondisi psikologis satwa liar yang dilindungi. Bahkan, ia mengungkapkan sempat ditemukan banyak ular yang mati.
“Itu yang baru terlihat, mungkin lebih banyak lagi. Tapi kami sebagai pihak yang mengawasi satwa liar dilindungi, tidak bisa berbuat banyak soal kondisi kebakaran lahan yang melebar ini. Kami menyesalkan kebakaran lahan ini,” ungkapnya.
Kondisi satwa yang terdampak kebakaran hutan, kata Dheny, tidak bisa diperiksa kesehatannya secara detail. Terkecuali satwa yang dalam kondisi sakit dan terlihat. (*/sas/fen)