Tarik Minat Murid dengan Teknik Membaca Nyaring

- Kamis, 7 November 2019 | 17:50 WIB

Mengabdi di daerah pedalaman dan provinsi baru, Kalimantan Utara, tidak membuat Sabaniah dan Ratihniati mengajar ala kadarnya. Mereka berupaya memanfaatkan teknologi untuk mengajarkan hal yang paling dasar. Yakni, membaca.

M Hilmi - S Zalzilatul Hikmia, Jakarta

SUASANA kelas mendadak anteng. Begitu aplikasi Let’s Read ditayangkan melalui proyektor, pandangan seluruh siswa tertuju pada layar di depan kelas. Seketika itu Sabaniah membacakan cerita untuk anak-anak.

Seperti itulah cara Sabaniah meningkatkan kemampuan literasi atau membaca anak didiknya. Perempuan kelahiran Malinau, 23 Juli 1978, tersebut tidak terpaku pada cara mengajar membaca model lama.

“Secara tidak langsung, mereka belajar (membaca, Red) ta-ta dan ti-ti,” kata Sabaniah saat diundang untuk presentasi di kompleks Kemendikbud beberapa waktu lalu.

Aplikasi Let’s Read digagas Books for Asia yang dikelola The Asia Foundation. Di dalamnya, cerita disajikan dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Juga dalam bahasa Jawa, Minangkabau, Sunda, serta Bali. Saat ini aplikasi tersebut sudah diunduh hingga lebih dari 10 ribu di Google Play Store Android.

Sabaniah diundang ke Jakarta karena dinilai berhasil meningkatkan kemampuan literasi anak didiknya dengan menggunakan teknologi. Dia bercerita mulai dirinya mendapatkan SK sebagai guru PNS pada 2009. Dia baru lima bulan menjadi guru di SDN 005 Malinau Kota. Sebelumnya, dia lama mengajar di SDN 008 Malinau Kota.

Perempuan yang mengajar sejak 2008 itu menyatakan begitu terbantu oleh aplikasi Let’s Read. Di dalam aplikasi tersebut tersaji lebih dari 200 cerita pendek yang dia bacakan di kelas. Penyajian cerita juga disesuaikan dengan kelompok kelas.

Untuk kelompok kelas bawah seperti kelas I sampai III SD, cerita disajikan secara sederhana. Juga dilengkapi gambar yang membuat siswa semakin tertarik. “Ceritanya banyak yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.

Sabaniah mencontohkan ketika mengajar kelas I di SD 008 Malinau Kota. Waktu itu, banyak anak didiknya yang belum bisa membaca. Pada awal-awal mulainya pembelajaran, Sabaniah tidak langsung mengajari anak-anaknya membaca. Namun, dia membacakan cerita dari aplikasi tersebut.

Ternyata, responsnya luar biasa. Dia melihat anak-anak cukup antusias. Sambil mengamati layar, anak-anak juga dikenalkan cara membaca. “Ketika ada gambar awan hitam, itu dikira cerita hantu. Padahal, itu cerita anak kecil yang bermain hujan,” jelasnya.

Sabaniah juga memiliki sistem evaluasi yang melibatkan orang tua. Setiap tiga bulan, dia mengundang orang tua siswa ke sekolah. Hasil penilaian tengah semester disampaikan kepada orang tua. Informasi ketika ada siswa yang belum meningkat dalam belajar dan mengalami kesulitan disampaikan kepada orang tua.

Dia menyatakan, untuk kelancaran belajar membaca, diperlukan kerja sama guru dengan orang tua. “Supaya anak di rumah tetap diajar. Menulis satu kata setiap malam,” katanya.

Tahap berikutnya adalah menugasi anak menulis dengan mendikte. Secara perlahan, anak-anak akan lancar dalam membaca dan menulis.

Persoalan yang sama terjadi di SDN 023 Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Ratihniati (31), guru kelas II, harus berjuang mati-matian untuk membantu anak-anak mengejar ketertinggalan mereka dalam membaca.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X