Program Dokter Terbang Selama 2014-2019, 8.079 Pasien Terlayani

- Kamis, 23 Januari 2020 | 18:43 WIB
DOKTER TERBANG: Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kaltara, Dedy Prasetya Noor (dua dari kiri) bersama dr Andy Kurniawan saat menjadi narasumber di program Respons Kaltara, kemarin (22/1).
DOKTER TERBANG: Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kaltara, Dedy Prasetya Noor (dua dari kiri) bersama dr Andy Kurniawan saat menjadi narasumber di program Respons Kaltara, kemarin (22/1).

TANJUNG SELOR – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara terus meningkatkan pelayanan, terutama bidang kesehatan. Berupa pelayanan dokter terbang, yang sudah ada sejak 2014 silam.  

Adanya program dokter terbang, sangat membantu masyarakat yang berada di perbatasan dan pedalaman. Mengingat, daerah tersebut merupakan wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar). Hal itu disampaikan Kabid Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kaltara, Dedy Prasetya Noor.

Selama program tersebut berjalan 2014 hingga 2019, telah melayani sebanyak 8.079 pasien. “Pasien yang sudah terlayani sejak 2014- 2018 ada 4.550 orang. Data 2019, ada penambahan 3.529 pasien. Melihat data ini, berarti ada kenaikan. Kita tetap berupaya agar semua masyarakat terlayani dan yang sakit bisa berkurang,” jelas Dedy, kemarin.

Selama 2014-2019, sudah 30 lokasi yang terlayani adanya dokter terbang. Dari lokasi yang menjadi tujuan untuk pelayanan, yang paling sulit dijangkau berada di Desa Tau Lumbis, Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan dan Pujungan, Kabupaten Malinau.

“Ketika harus ke Pujungan, harus melewati giram (pusaran air). Ketika air surut, maka kita harus berjalan kaki. Memang cukup sulit aksesnya,” ucap Dedy.

Dalam program tersebut, tentu ada evaluasi yang menjadi perhatian. Agar ke depan dalam memberikan pelayanan bisa maksimal. Misalnya, ketika ada peralatan medis yang kurang, menjadi catatan dan dijadikan evaluasi pada pelayanan akan datang.

“Selama melakukan pelayanan ada hal yang kurang. Salah satunya alat kesehatan mobile. Tahun 2019, di APBD perubahan, kami menganggarkan alat kesehatan seperti Elektrokardiogram (EKG) mobile dan Ultrasonography (USG) mobile,” ungkapnya.

Menurutnya, bila tidak didukung dengan alat medis yang memadai. Maka akan sulit dalam memberikan pelayanan kesehatan. Khususnya daerah di perbatasan dan pedalaman. “Saat penanganan diagnosa, tapi tak ada dukungan alat medis, akan sangat kesulitan untuk mengetahui kondisi pasien. Itu salah satu evaluasi kita,” bebernya.

Sebelum mendatangi lokasi yang menjadi tujuan, dibutuhkan koordinasi dengan pihak desa, seperti kepala desa, ketua adat dan lainnya. Sehingga, dapat diumumkan ke masyarakat, bahwa ada program dokter terbang.

“Jika seminggu sebelumnya tidak diinformasikan, pastinya banyak masyarakat yang tidak datang. Maka pentingnya informasi awal, agar masyarakat sudah siap dan bisa mendapatkan pelayanan,” ungkapnya.

Kondisi yang menjadi tujuan untuk pelayanan, sebagian sulit terjangkau. Hal itu pun diakui dr Andy Kurniawan. Bahwa kondisi di lapangan cukup menegangkan, tentu dengan berbagai resiko. Dibutuhkan persiapan fisik dan mental. (*/fai/uno)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X