Gara-Gara Ini, Ekspor Kepiting Bertelur Menurun

- Jumat, 31 Januari 2020 | 18:23 WIB
HATCHERY KEPITING: Kepiting bertelur yang merupakan hasil budidaya saat ini sulit diekspor ke China, dampak wabah virus Corona.
HATCHERY KEPITING: Kepiting bertelur yang merupakan hasil budidaya saat ini sulit diekspor ke China, dampak wabah virus Corona.

TARAKAN – Merebaknya wabah virus Corona memberikan dampak terhadap pengiriman kepiting bertelur ke negara China atau Tiongkok. Puluhan ton kepiting bertelur batal diberangkatkan melalui Malaysia ke China.  

Bahkan, lima hari terakhir ini kepiting bertelur tidak diterima di China. Demikian diungkapkan Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kaltara, Muhammad Nur Hasan. Dengan alasan, warga China tidak membeli kepiting karena tidak bisa keluar rumah, dampak wabah corona.

“Ekonomi lumpuh, sektor perikanannya juga ikut lumpuh. Apalagi pasar-pasar tidak ada yang jalan, akhirnya masyarakat tidak ada yang membeli. Padahal kepiting yang ada bulan ini lagi bagus-bagusnya” kata dia.

Akibat pengiriman yang batal, menurut Nur Hasan, diperkirakan mengalami kerugian 5-6 ton kepiting. Padahal, masa open season kepiting bertelur hingga 5 Februari mendatang. “Kepiting sudah sampai di Malaysia, tapi di China tidak ada yang beli. Per hari bila diasumsikan bisa capai 5 ton. Jika tiga hari, berarti mencapai 15 ton. Dengan harga Rp 400 ribu bila dikalikan 15 ton, berarti kurang lebih Rp 20 miliar,” sebutnya.

Agar tidak terlalu rugi, maka Nur Hasan bersama pengusaha lain mengambil alternatif penjualan dengan harga rendah. Sebagian kepiting bertelur dikembalikan ke alam dan lokasi pertambakan. Pada open season sebelumnya, perayaan Imlek harga kepiting bertelur bisa mencapai Rp 450 ribu-Rp 500 ribu.

“Harga lokal tidak sanggup membeli tinggi. Tapi kami juga sudah koordinasikan dengan KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan). Mudahan ada tanggapan dari pimpinan. Tapi permasalahannya, kepiting bertelur ini peminatnya hanya dari China,” ungkapnya.

Terpisah, Kepala Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Tarakan, Umar melalui Humas, Zainul Arifin mengungkapkan pengiriman kepiting tetap dilakukan. Hanya saja, saat transit ke Jakarta, kepiting bertelur tidak semuanya di ekspor ke China. “Biasa satu kapal itu 4 -5 ton kepiting. Tapi ada sebagian yang dikirim ke Johor Baru, Kuala Lumpur, Serawak Malaysia dan Singapura. Sedangkan spesifik pengiriman ke China hanya kepiting bertelur,” bebernya.

Dari data yang dihimpun, dalam proses perizinan ekspor hanya ada sekitar 1-2 ton kepiting bertelur. Khusus kepiting jantan, dengan harga Rp 250 ribu per kilogram. Untuk kepiting betina bertelur harganya Rp 400 ribu-Rp 500 ribu.

“Pangsa pasar, buyernya di China semua. Kondisi sekarang ya agak tersendat, kesulitan pengiriman ke China. Masalah transportasi, angkutan pesawatnya agak sulit. Banyak bandara yang hanya menerima pesawat emergency,” urainya. Dia menambahkan, presentase penurunan jumlah ekspor kepiting di open season tahun ini mencapai 50 persen lebih. (*/sas/uno)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X