TARAKAN – Di tengah merebaknya wabah virus corona, di Tarakan sendiri, penyakit demam berdarah dangue (DBD) masih tinggi.
Berdasarkan data jumlah kasus dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Tarakan dari laporan sejumlah puskesmas. Di awal tahun ini sudah 55 kasus DBD yang ditemukan dari segala kategori usia. Terbanyak diderita anak usia 5-9 tahun atau ketagori anak Sekolah Dasar (SD), (info lengkap lihat grafis).
“Ini gambaran saja, kelihatan kan kelompok usia, yakni anak-anak,” ucap Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Tarakan, Bahriatul Ulum, Senin (3/2).
Dalam upaya pencegahan kepada anak sekolah, menurut Bahriatul, pihaknya telah melakukan pembinaan ke sekolah terkait program sekolah sehat.
Kegiatan terintegrasi itu memberikan pengetahuan tentang kebersihan lingkungan. Seperti cuci tangan pakai sabun, termasuk juga pengetahuan tentang jentik.
Selain itu, Dinkes juga telah membentuk siswa pemantau jentik di sekolah. Dengan harapan, bisa memberantas sarang nyamuk di lingkungan sekolah. Seperti memeriksa kamar mandi, bak penampungan air, pot bunga dan tanaman hidroponik.
“Kalau memang ada jentik, itukan ada pemantauannya, apa yang bisa dilakukan. Ada sistem yang kita lakukan pembinaan sekolah,” jelasnya.
Namun, dari jumlah kasus DBD yang ditemukan, belum ada pasien yang meninggal dunia. Karena bisa ditangani dengan cepat. Hal itu tidak lepas kesadaran masyarakat yang lebih waspada.
Dia mengingatkan, walaupun waspada, masyarakat tidak perlu panik bila terjadi sesuatu. Karena untuk penentuan positif DBD, ada standar gejala-gejalanya.
Tahun lalu, data yang dihimpun Dinkes, kasus DBD mencapai 741 kasus dan menjadi yang terbanyak dalam beberapa tahun terakhir. Di antara itu, 5 orang meninggal dunia. (mrs/uno)