Penularan Corona Melalui Udara

- Kamis, 6 Februari 2020 | 12:28 WIB
BAHAS CORONA: Edisi Respons Kaltara kali ini mengupas tentang Antisipasi Virus Corona Masuk Kaltara, kemarin (5/2).
BAHAS CORONA: Edisi Respons Kaltara kali ini mengupas tentang Antisipasi Virus Corona Masuk Kaltara, kemarin (5/2).

TANJUNG SELOR – Virus corona masih meresahkan masyarakat, tak terkecuali di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Untuk menyikap hal tersebut, pencegahan pun dilakukan agar tidak masuk ke Kaltara.

Gejala bisa terkena virus mematikan itu, menimbulkan batuk, pilek dan sakit tenggorokan. Menurut Dokter Spesialis Paru dr Nila Kartika Ratna, corona bukanlah virus baru. Corona sama seperti virus MERS (Middle East Respiratory Syndrome) dan SARS. Pada dasarnya kedua virus tersebut dikelompokan dalam virus corona.

“Yang sekarang ini belum ada namanya, sehingga disebut corona. Ini merupakan penyakit menular dan penularannya melalui udara. Sama dengan virus MERS dan SARS. Virus corona dicurigai dari hewan,” ungkapnya, kemarin (5/2).

Dampaknya yang ditimbulkan virus tersebut, tergantung daya tahan tubuh. Apabila daya tahan tubuh baik, maka bisa sembuh dengan sendirinya. Sebaliknya, jika daya tahan tubuh lemah, maka akan terserang virus tersebut. “Masa penularannya ini mulai terkena sampai menimbulkan penyakit selama 2-14 hari. Gejalanya sama seperti batuk, pilek biasa kemudian demam dan sakit tenggorokan,” sebutnya.

Sementara itu, Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, dr Wayan Sukadana mengatakan, selain sumber daya manusia yang memadai, pihaknya pun menyiapkan ruang isolasi. “Sesuai dengan aturan dari Kementerian Kesehatan,” ucapnya.

Corona, menurut dia, pernah terjadi 2013 silam. Namun, bila dibandingkan Corona dengan DBD. Lebih tinggi ancaman DBD. “Corona lebih banyak menyerang orang dewasa. Sementara anak-anak belum pernah ada kejadian,” ungkapnya.

Di lain pihak, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Kaltara, Agust Suwandy mengungkapkan, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, ada 19 mahasiswa yang berada di China atau Tiongkok. Tapi, Kemenkes belum memberikan by name by address ke Dinkes Kaltara.

“Saat ini, mereka masih diinkubasi. Jika sudah selesai akan kami koordinasi dengan Kemenkes,” ujar Agust. Ketika mahasiswa tersebut kembali ke Tanah Air, akan tetap menjalani screening.

Jika aman-aman saja, akan dipulangkan ke orangtua masing-masing. Karena, sudah memenuhi syarat 14 hari masa inkubasi. “Jika ada tanda-tanda dan gejala, akan kami pantau terus. Saat ini belum ada informasi, apakah ada yang terkena atau tidak. Kami masih menunggu,” jelasnya.

Sebagai bentuk antisipasi, bila ada penolakan terhadap kepulangan mahasiswa asal Kaltara. Maka, Dinkes menyampaikan bahwa mahasiswa tersebut sudah dikarantina 14 hari dan dalam kondisi sehat. Kaltara telah menyiapkan 4 alat screening. Alat tersebut dipasang di Pelabuhan Tunun Taka Nunukan, Bandara Juwata Tarakan, Pelabuhan Malundung dan Bandara Tanjung Harapan Tanjung Selor.

“Di Nunukan memang kewaspadaannya tinggi. Apalagi sekarang ada piket harian dari tim gabungan. Setiap ada kapal datang, mereka langsung memeriksa. Jadi tidak dibiarkan lolos,” terangnya.

Untuk dua kabupaten lainnya, Malinau dan Tana Tidung belum perlu. Karena, semua pendatang melalui Tarakan dan sudah terdeteksi menggunakan screening. “Orang luar yang masuk ke Kaltara khususnya Malinau dan Tana Tidung sudah terdeteksi beberapa kali, di bandara dan pelabuhan,” tutup Agust. (*/fai/uno)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X