Meski Anjlok, Tapi Tetap Pertahankan Produksi Udang Windu

- Kamis, 27 Februari 2020 | 13:43 WIB
EDISI RESKAL: Pembahasan edisi Respons Kaltara mengenai harga udang, dengan menghadirkan Kepala DKP Kaltara Amir Bakry dan Kepala Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Kaltara Arnold Sitanggang menjadi narasumber, Rabu (26/2).
EDISI RESKAL: Pembahasan edisi Respons Kaltara mengenai harga udang, dengan menghadirkan Kepala DKP Kaltara Amir Bakry dan Kepala Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Kaltara Arnold Sitanggang menjadi narasumber, Rabu (26/2).

TANJUNG SELOR – Faktor lain terjadinya harga udang windu anjlok, terkait ekspor. Dikarenakan udang windu dikalahkan oleh udang Vaname.

Meskipun produksi udang windu mulai dari 10 ribu ton hingga 12 ribu ton per tahun. Akan tetapi, ekspor udang windu menjadi anjlok dan mengakibatkan kerugian. Demikian disampaikan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kaltara, Amir Bakry. Banyak faktor yang melatarbelakanginya harga udang tersebut. Yakni, produksi besar-besaran udang Vaname. Di mana, udang tersebut mulai diproduksi oleh Equador, Afrika Selatan, India dan Vietnam.

“Produksi udang Vaname ini, budidayanya intensif. Contohnya di Sulawesi Selatan. Produksi udang Vaname bisa mencapai 200 ton per hektare. Di Kaltara, untuk udang windu hanya 30-50 kg per hektare per musim. Itu yang menyebabkan merosotnya udang windu,” sebutnya.

Disisi lain, negara Bangladesh pun memiliki budidaya dan menjual udang windu dengan harga murah. Secara otomatis harga yang murah lebih dipilih. Di Kaltara, dijelaskannya, 70 persen udang windu diekspor ke Jepang. Sementara 30 persen terbagi ke Eropa, Amerika, Korea dan lainnya. Saat ini ekspor udang windu ke Jepang direbut oleh udang Vaname.

“Saat ini Tiongkok masih menutup pintu masuknya. Akhirnya negara yang awalnya mengekspor udang Vaname ke Tiongkok beralih ke Jepang. Padahal Jepang tujuan ekspor udang windu kita, sehingga terjadi persaingan harga,” jelasnya.

Harga udang Vaname per kilo Rp 90 ribu, sementara udang windu Rp 250 ribu per kilogram. “Rata-rata di luar, pasarnya udang Vaname. Kita harus pertahankan udang windu. Apalagi itu merupakan udang terbaik dan diakui. Tinggal kita ubah pola budidayanya,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Kaltara, F Arnold Sitanggang menerangkan, sampai saat ini permintaan udang masih terjaga. Bahkan secara makro belum berdampak. Terlebih lagi nanti diadakan Olimpiade dan Golden Week. Menurut hukum permintaan ekonomi, apabila permintaan meningkat maka harga meningkat. Masalah harga, lebih kepada mekanisme pasar. “Kalau kami dari BI melihat yang menjadi persoalan ada di level bawah. Merosotnya harga juga terjadi di level petambak,” tuturnya. (fai/uno)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X