KALIMANTAN Utara termasuk provinsi yang diperkirakan Presiden Joko Widodo merasakan dampak buruk dari penyebaran virus korona (covid-19) di bidang perekonomian.
Dampak buruk di Kalatara akan dirasakan oleh pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Yang turun hingga 36 persen, dan diprediksi bertahan hingga Agustus atau Oktober mendatang.
Prediksi tersebut tidak berlebihan. Bahkan menurut anggota Forum Komunikasi UMKM Pristiawan, Eko Pristiawan, rata-rata mengalami penurunan omset hingga 50 persen, terjadi sejak Minggu (15/3).
Biasanya penghasilan mencapai Rp 3,5 juta – Rp 5 juta ke atas sehari. Namun saat ini tidak sampai Rp 2 juta sehari. Diperkirakan dampaknya lebih besar bila diberlakukan tutup atau lockdown. “Lumayan omset ngedrop,” ucap Eko, Selasa (24/3).
Di sisi lain, UMKM masih mengeluarkan biaya operasional. Termasuk membayar karyawan, karena meskipun diliburkan tetap digaji. Yang paling berdampak adalah pada jenis usaha retail dan olahan tangan. Untuk menyiasati itu, UMKM akan fokus pada sistem penjualan melalui online.
Eko mengaku telah menerapkan sistem penjualan online sejak dulu. Dengan pangsa pasar hingga ke daerah di Kaltara dan sektiarnya, seperti Tawau. Wali Kota Tarakan, Khairul mendukung upaya pelaku UMKM mengalihkan penjualan melalui online. Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan bahkan siap membantu dalam hal promosi.
“Minimal selama masa tanggap darurat. Nanti pemkot akan membantu melalui market place yang kita punya,” harap Khairul. Mantan Kepala Dinas Kesehatan Tarakan ini menilai, mestinya pelaku UMKM yang sudah termasuk star up. Tidak terpengaruh karena banyaknya orang tidak keluar rumah.
Namun, Khairul juga mengaku belum semua UMKM memanfaatkan media online untuk pemasaran dan penjualan. Pelaku UMKM merasakan lesunya omset diperoleh, hal serupa juga dialami para pedagang di Pasar Induk Tanjung Selor.
Salah seorang pedagang ikan laut, Indra mengatakan, omsetnya menurun hingga 80 persen sejak beberapa hari terakhir. “Bingung juga mau ngomong apa. Kita sebagai pedagang sangat merasakan, adanya virus korona ini. Omset pedagang di sini (Pasar Induk) rata-rata turun hingga 80 persen,” kata dia.
Sebelumnya, diakui Indra, sehari bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 1,5 juta. Namun saat ini, pendapatan hanya Rp 600 ribu perhari.
“Pokoknya pendapatan menurun drastis. Pasar jadi sepi begini. Sebelumnya hari biasa ramai pasar,” ucapnya. Meskipun harta di pasar masih tergolong normal, tapi pembeli yang berkurang.
Ditempat yang sama, seorang pedagang Anti, ayam potong mengeluhkan sepinya pembeli. Sehingga berinisiatif berjualan secara online. “Selain berjualan ayam potong di pasar, sudah dua hari saya mencoba untuk berjualan di jejaring media sosial, seperti facebook,” jelas Anti.
Menurut dia, berjualan melalui media sosial sangat efektif untuk mengatasi masyarakat yang takut untuk keluar rumah. “Lumayan banyak yang pesan jika lewat sosial media. Jadi sistemnya diantarkan melalui ojek online dan bayar di tempat,” tuturnya. (mrs/tyo/uno)