Kami Rugi Hampir Rp 10 Ribu/Kg

- Selasa, 14 April 2020 | 12:14 WIB
STOK MELIMPAH - Stok ayam boiler yang diproduksi peternak di Tarakan saat ini melimpah, namun permintaan justeru berkurang akibat pandemic Covid-19.
STOK MELIMPAH - Stok ayam boiler yang diproduksi peternak di Tarakan saat ini melimpah, namun permintaan justeru berkurang akibat pandemic Covid-19.

TARAKAN – Satu per satu sektor usaha merasakan dampak pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Kali ini pengusaha inti ayam boiler atau ayam daging yang merugi. Pengusaha inti melepas ayam ke pedagang Rp 20 ribu per kilogram. Sedang dari peternak, pengusaha inti membeli ayam dengan harga Rp 28,5 ribu per kilogram. Sementara pedagang di pasar menjual seharga Rp 28 ribu.  

“Kita memanen dari peternak itu Rp 28.500, kita jual ke pedagang Rp 20 ribu, hampir Rp 10 ribu per kilonya kita rugi. Di pasar itu mungkin Rp 28 ribu sekarang atau Rp 30 ribu. Tetapi intinya pasar tidak dirugikan, yang dirugikan peternak seperti kami ini,” keluh Ketua Asosiasi Inti Peternak Kota Tarakan (Aspitar), Dapot Sinaga, Senin (13/4).

Pihaknya terpaksa menjual murah agar stok bisa habis. Stok ayam di Kota Tarakan saat ini melimpah dampak berkurangnya pesanan dari pengusaha rumah makan akibat kebijakan pembatasan sosial. Ditambah lagi masuknya ayam beku dari luar.

Dapot Sinaga mengusulkan kepada Pemkot Tarakan melakukan pembatasan stok ayam beku dari luar dan memprioritaskan ayam lokal sebagai ayam beku yang disimpan di coolroom. Peternak lokal sebutnya, juga siap untuk melakukan usaha ayam beku.

“Kami coba untuk memasukkan ke freezer coolsorage ayam. Kemudian perusahaan beku seperti STB, Rahayu hanya memasukkan berapa puluh ton. Pemerintah tolong disurati itu, supaya ambil dulu ayam Tarakan, kami siap membekukan,” ujarnya.

Terus merugi, Aspitar sangat mengharapkan bantuan Pemkot agar keberlangsungan usaha ayam potong tak terancam gulung tikar. Kata Dapot Sinaga, biaya operasional tidak sesuai dengan pendapatan yang turun sampai 70 persen. “Sangat rugi, bisa-bisa tutup perusahaannya kalau sudah seperti ini terus,” tuturnya.

Menurut Dapot Sinaga, saat ini stok ayam potong melimpah. Bahkan, ia memperkirakan persediaan cukup sampai lebaran Idulfitri. Untuk menghabiskan stok yang ada saat ini, peternak menyiasati dengan mengurangi permintaan bibit ayam hingga separuh dari stok biasanya.

Wali Kota Tarakan Khairul, merespon usulan tersebut dengan menjadikan ayam lokal sebagai ayam beku. Khairul menawarkan coolroom milik Pemkot untuk dimanfaatkan menyimpan ayam yang sudah dipotong.

“Bagaimana menangani sementara, mungkin dipotong, kemudian masukkan di coolroom sambil dijual pelan-pelan. Kan enggak mungkin orang makan ayam satu hari di rumah satu ekor,” ujar Khairul, Senin (13/4).

Khairul mengakui produksi ayam boiler tidak sebanding dengan permintaan. Karena rumah makan dan sejenisnya yang merupakan konsumen terbesar banyak tutup. Khairul menegaskan, tidak ada lagi kedatangan ayam beku dari luar pasca pembatasan operasional moda transportasi, di antaranya kapal laut milik Pelni yang biasa mendatangkan ayam beku.

“Kalaupun kapal Pelni masuk, tergantung lagi dari kebijakan pemerintah. Biasanya, kebijakan mendatangkan ayam beku dari luar jika melihat kondisi ketersediaan ayam. Saat ini Pemot Tarakan tidak meminta karena over produksi, di sisi lain konsumsi menurun. (*/mrs/mua)

Editor: uki-Berau Post

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X