Masih Sulit Penuhi Kebutuhan Benur

- Rabu, 17 Juni 2020 | 19:31 WIB
KEGIATAN PERIKANAN: Salah seorang petambak memperlihatkan udang yang siap untuk dijual, Senin (15/6).
KEGIATAN PERIKANAN: Salah seorang petambak memperlihatkan udang yang siap untuk dijual, Senin (15/6).

TARAKAN - Kebutuhan bibit udang atau benur di Kota Tarakan masih terbatas. Hal itu diakui Kepala Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DP3) Kota Tarakan, Elang Buana. Minimnya benur, juga mempengaruhi kegiatan ekspor udang ke Malaysia, meski jalur perdagangan lintas batas telah dibuka sejak beberapa pekan terakhir.

“Ekspor belum maksimal, salah satunya karena cool storage masih menghabiskan yang ada di penyimpanan mereka dulu. Harga jual petambak ke cool storage juga masih rendah. Kemudian, masalah bibit udang juga petambak belum punya alternatif lain,” ujarnya, Senin (15/6). 

Kebutuhan benur menjadi pekerjaan rumah yang belum teratasi. Terlebih, jalur transportasi yang saat ini terbatas menjadi penghambat dalam mendatangkan benur. Biasanya, pengambilan bibit dari Surabaya menggunakan pesawat udara. Saat ini baru bisa memenuhi 1,4 miliar benur setahun. Elang mengaku, benur sejumlah 1,4 miliar belum cukup untuk memenuhi kebutuhan di Kota Tarakan. 

“Karena kebutuhan 5 miliar benur sebenarnya untuk satu tahun di Tarakan. Sekarang juga produksinya turun, karena ada juga masalah induknya yang didatangkan lewat pesawat. Sekarang terhalang, akhirnya sekarang produksi benur di Tarakan menurun,” ungkapnya.

Jika didatangkan dari Surabaya atau daerah lain di luar Kaltara juga masih sulit dilakukan karena jumlah penerbangan yang melayani Tarakan masih terbatas dampak Covid-19. Akhirnya, persedian benur di Tarakan kurang dibanding kebutuhan. Kemudian di pasaran harganya masih tetap mahal.

Ditambahkan, produksi hatchery yang ada saat ini juga mengalami penurunan. Pasalnya untuk produksi membutuhkan indukan. Sementara, indukan harus didatangkan dari Sumatera. Semua pengiriman indukan ini memang hanya bisa menggunakan jalur udara. 

“Pengiriman ke Tarakan juga sulit, ini masih problem. Ada juga penerbangan kargo, tapi memang harus antar pengusaha atau petani tambak harus bersama-sama menyediakan pesawat kargo. Jadi bisa membawa benur dan indukannya ke Tarakan dengan jumlah beberapa ton,” tuturnya. 

Elang menambahkan, pembahasan soal usulan ini sudah disampaikan kepada para pelaku usaha perikanan. Namun saat ini belum ada tindak lanjut yang jelas soal realisasi. 

“Apalagi begitu Covid-19 ini, kita cari indukannya susah. Paling bagus memang indukan udang black tiger dari Aceh,” pungkasnya. (*/sas/mua)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X