Sayur Terpaksa jadi Pakan Ternak

- Senin, 29 Juni 2020 | 19:28 WIB
GAGAL PANEN: Petani yang gagal panen lantaran tanaman banyak rusak dan tidak layak dijual.
GAGAL PANEN: Petani yang gagal panen lantaran tanaman banyak rusak dan tidak layak dijual.

TANJUNG SELOR - Sejumlah petani sayur di Bulungan mengalami gagal panen lantaran tanaman banyak yang rusak dan tidak layak untuk dijual. Menurut petani, hal itu dipicu frekuensi hujan yang naik dari biasanya.

Romlah, petani sayuran di Desa Bumi Rahayu, Kecamatan Tanjung Selor mengatakan, sayuran hijau yang ia tanam sejatinya sudah memasuki masa panen. Seringnya turun hujan mengakibatkan tanaman sayurnya terserang hama. 

“Beberapa hari ini hujan terus dan cukup parah bahkan sayuran yang ada di kebun sempat terserang hama. Inilah yang membuat sayuran yang saya tanam rusak. Kalau sudah begini mau bagaimana lagi sudah tidak bisa dijual lagi,” keluhnya, Sabtu (27/6).

Ia yang biasa panen setiap dua bulan sekali untuk sayuran hijau seperti sawi, kangkung, bayam, kacang panjang, dan terong. Kali ini ia sedikit kecewa karena hasil panen gagal total. Bagian sayur yang masih bisa diselamatkan akan dijual ke peternak untuk dijadikan pakan. 

“Menunggu saja. Biasanya ada peternak yang pakai sayuran rusak untuk pakan ternak mereka. Bisa dijual tapi sangat murah. Tidak sebanding dengan harga bibit. Hujan beberapa hari ini mengenai sebagian tanah kebun dan saya tidak perhatikan. Begitu mau panen semuanya rusak dan hancur,” sebutnya. 

Gagal panen yang dialami Romlah sudah kali kedua di tahun ini. Namun kali ini tidak separah yang terjadi bulan lalu. Ia menyebut, duka petani adalah pada saat gagal panen. Utamanya yang diakibatkan gangguan binatang seperti kepik, belalang, ulat, dan walang sangit. Gangguan hama serangga kata Romlah bisa sampai menghabisi tanaman. 

“Bisa sama sekali tidak menghasilkan selama beberapa bulan kalau hama itu menyerang. Tetapi gangguan hama tanaman sangat jarang, karena menjadi petani selama puluhan tahun sudah mengerti betul apa yang harus dilakukan untuk itu. Tapi kalau menyangkut kondisi alam atau gangguan binatang siapa yang tanggung?” ujarnya. 

Ahmad, petani di Desa Gunung Sari, Tanjung Selor justru merasa mendapat berkah dengan intensitas hujan yang berangsur naik. Sebab tanamannya tidak lagi kesulitan air. Namun diharapkan Ahmad, intensitas hujan tetap sedang, agar tidak timbul potensi gagal panen. 

Jika gagal panen ia mengaku harus memikul kerugian hingga Juta Rupiah. Dan jika terus-menerus hujan turun, dia khawatir tanaman arentan terserang hama penyakit. "Kalau hujan terus menerus, tanaman yang akan dipanen jadi rusak. Kita bisa rugi puluhan juta. Tetapi bisa kita siasati menyiasati musim juga telah tiga kali menanam jenis tanaman yang berbeda seperti terong, cabe, dan daun bawang,” ujarnya. (*/nnk/mua)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X