TARAKAN – Mengantisipasi masuknya paham radikalisme di dunia pendidikan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Borneo Tarakan (UBT) kerjasama dengan Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Utara (Kaltara) menggelar dialog interaktif, Jumat 14/8) di Tarakan.
“Kegiatan ini sebenarnya kita tanamkan usia dini. Artinya kita memberikan pemahaman-pemahaman, baik siswa dan mahasiswa. Sehingga ke depan bisa kita mengantisipasi masuknya paham-paham radikal di dunia pendidikan,” terang Ketua BEM UBT Muhammad Nur Arsan.
Pada kesempatan yang sama, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltara, Firmananur menilai melalui mediasi atau dialog ini bisa ketemu konsep baru yang lebih kekinian.
“Kita tidak bisa memaksakan seperti gaya kami zaman dulu dengan sekarang,” ucapnya. Firmananur pun mengajak untuk berkreasi dan berinovasi.
Dalam konteks sekolah, di satu sisi rentan disusupi radikalisme. Akan tetapi, sekolah juga bisa menjadi benteng. Berbicara kegiatan preventif, ada empat upaya yang bisa dilakukan.
“Pertama berikan kegiatan-kegiatan positif di sekolah. Kedua, peran sekolah, guru dan pendidikan mulai dari sistem seleksinya. Ketiga, guru juga mengawasi murid-muridnya kalau ada tumbuh cikal bakal, atau tindakan yang sifatnya intoleransi. Yang keempat, membangun pendidikan,” sebutnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Kaltara, Suriansyah mengungkapkan, kegiatan ini sebagai upaya mengantisipasi masuknya paham radikalisme di dunia pendidikan.
“Tantangan ke depan, salah satunya paham-paham radikalisme yang kita tidak tahu sudah sampai di mana. Bisa jadi sudah masuk ke dalam lembaga pendidikan,” tuturnya. Menurutnya, dasar pokok agama sudah jelas. Bahwa semua agama dibangun dengan konsep kasih sayang, kesetaraan dan saling mengasihi. (mrs/uno)