TARAKAN – Hujan deras yang mengguyur Tarakan sekitar pukul 01.00 Wita, kemarin (3/10), kembali menyebabkan longsor di dua lokasi berbeda. Yakni di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat, dan Pantai Amal, Kecamatan Tarakan Timur.
“Di dua titik longsor sudah diberikan penanganan darurat berupa penutupan dengan terpal. Gunanya untuk mengurangi laju air jika terjadi hujan lagi. Itu yang di permukiman Karang Anyar,” kata Pengelola Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tarakan, Lilik Budiono, Sabtu (3/10).
Khusus di Kelurahan Pantai Amal perlu penanganan permanen. Makanya pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Tarakan, untuk melakukan semenisasi di rumah warga yang berdekatan dengan jalan raya. “Sementara dua titik saja yang kami terima laporannya,” ujarnya.
Dari data yang sudah dikumpulkan sejak 28 September hingga sekarang, lanjut Lilik, ada 86 titik longsor yang terjadi. Ia mengaku sudah melakukan upaya transisi pemulihan dan membuka akses jalan yang tertutup. Sementara, beberapa korban yang terdampak diimbau untuk tidak kembali ke rumah yang terkena longsor.
“Untuk rumah yang rusak berat memang tidak dimungkinkan untuk dihuni. Sehingga ada wacana untuk direlokasi. Bagi rumah rusak sedang, hanya saja fungsinya sekarang berkurang. Kalau rumah rusak ringan, masih bisa ditempati,” tegasnya.
Lilik menegaskan, hingga saat ini korban longsor yang terdampak mencapai 103 orang. 11 orang di antaranya meninggal dunia pada 28 September lalu. Untuk bangunan rusak berat mencapai 7 hunian, rusak sedang 2 hunian dan rusak ringan 15 hunian. Sementara rumah yang terdampak mencapai 62 unit bangunan. “Ada juga fasilitas umum yang terdampak sebanyak 5 lokasi,” ungkapnya.
Di sisi lain, Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi BPBD Tarakan Kajat Prasetyo mengaku korban banjir pada 28 September lalu juga menjadi prioritas untuk mendapat bantuan. Meski pihaknya baru mendata 5 korban banjir yang terdampak, ia mengaku masih banyak lagi korban banjir yang terdampak.
“Ada dua kelurahan di Pamusian dan Karang Anyar yang paling parah. Memang di Karang Anyar sampai ratusan KK, tapi kita pilah lagi mana yang perlu dibantu,” jelasnya.
Hingga saat ini, pengerukan sungai di wilayah korban banjir masih dilakukan DPUTR Tarakan. Baik itu di Kelurahan Karang Anyar dan Karang Rejo. “Itu sporadis saja pengerukan yang di sungai,” tuturnya. (*/sas/udi)