TANJUNG SELOR – Pengadilan Agama Tanjung Selor selama tahun 2020 lalu, menangani 234 kasus perceraian. Jumlah tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2019 lalu, dengan 278 kasus.
Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Tanjung Selor, Nasir mengemukakan, perceraian di Bulungan paling dominan karena perselisihan dan pertengkaran yang terjadi terus menerus. Selebihnya dipicu faktor lain seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), izin poligami, dispensasi kawin, penetapan ahli waris, dan pembatalan perkawinan.
“Terlihat dari data yang kami punya mengalami penurunan. Selain kemungkinan karena pandemi Covid-19 yang membatasi aktivitas, memang tidak ada lagi kasus atau laporan yang kami tangani,” ujar Nasir.
Faktor adanya orang ketiga dalam hubungan rumah tangga juga memicu perceraian. Faktor ini merusak keharmonisan rumah tangga dan berujung pada perpisahan. Adapun gugatan perceraian paling banyak diajukan oleh pihak perempuan.
“Dari 10 kecamatan di Bulungan, paling banyak kasus perceraian di Tanjung Selor dan Tanjung Palas,” ungkap Nasir.
Adapun isbat nikah atau pengesahan nikah yang tidak tercatat seperti nikah siri, pada tahun 2019 sebanyak 263 kasus. Selanjutnya pada tahun 2020 sebanyak 108 kasus.
Untuk diketahui, wilayah hukum Pengadilan Agama Tanjung Selor meliputi tiga daerah yaitu Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung. (*/nnf/mua)
Jumlah Kasus Perceraian Tahun 2020 di Bulungan:
KecamatanJumlah kasus
Tanjung Selor 128 kasus
Tanjung Palas 31 Kasus
Tanjung Palas Tengah17 kasus
Tanjung Palas Utara18 kasus
