TARAKAN–Usai mendapat perhatian dari Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kaltara, manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan mulai serius untuk membangun sistem informasi antrean pasien rawat jalan. Meski sudah direncanakan sejak 2010, ada beberapa kendala database instalasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS).
“Tapi sampai sekarang belum terkoneksi. Saya sudah instruksikan pusat data elektronik kami. Saya inginnya jika pasien mendaftar online sudah terkoneksi di ruang poli dokter,” katanya, (26/1).
Namun yang masih menjadi hambatan yakni antrean panjang di loket antrean untuk mendaftar ulang pasien yang akan berobat. Ditambah lagi proses masuk RSUD Tarakan masih melalui proses screening Covid-19. Pasalnya, ada beberapa dokter yang terkonfirmasi Covid-19 terpapar dari pasien yang tidak melewati screening dengan ketat.
“Mudahan satu atau dua tahun ke depan bisa jalan sistem yang kita harapkan. Kendala kami juga dokumen medik yang harus dicari secara manual. Bayangkan, 500 pasien sehari dicari dokumennya 5–6 orang. Itu yang masih kita kembangkan,” ungkapnya.
Saat ini, pihaknya juga masih mencari pengembang SIMRS. Harapannya nanti jika ada pasien yang mendaftar sudah masuk datanya di ruang dokter. Termasuk menentukan jam kedatangan pasien rawat jalan.
“Itu nantinya mengurangi penumpukan pasien. Kalau masih ada pasien yang antre dari jam 3 pagi karena kurang sadar. Bahwa pelayanan loket dan pengambilan nomor antrean dibuka jam 7 pagi,” tuturnya.
Dia mengaku, adanya pengambilan nomor antrean memungkinkan terjadinya Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN). Namun, pihaknya sudah meminimalisasi tindakan tersebut. “Memang itu memungkinkan. Kalau oknum satpam yang mengambilkan nomor antrean,” bebernya.
Sementara itu, keluhan pihak dokter umum yang terlambat menangani pasien dikarenakan dokter bertugas sejak 07.30–14.00 Wita. Setelah itu dokter akan lanjut bertugas pada malam hari. Belum lagi dokter spesialis yang bertugas selama 24 jam.
“Jam berapapun dokter spesialis harus datang. Bayangkan jika dokter melakukan operasi dari malam hingga pagi, masa kita paksa lagi dia masuk pagi. Berpotensi bikin salah karena kelelahan dan dia jatuh sakit,” ucapnya. (sas/kpg/kri/k8)