Gunakan Batik Khas Kaltara

- Jumat, 19 Februari 2021 | 22:06 WIB
KURANGI PRODUKSI: Pengusaha batik khas Kaltara minta pemerintah daerah rutin gelar expo, sehingga peminat batik lokal meningkat.
KURANGI PRODUKSI: Pengusaha batik khas Kaltara minta pemerintah daerah rutin gelar expo, sehingga peminat batik lokal meningkat.

GUBERNUR Kalimantan Utara (Kaltara), Zainal Arifin Paliwang mengingatkan kepada jajaran pemerintahan dan masyarakat Kaltara untuk membiasakan diri menggunakan baju batik khas daerah. 

Dengan tujuan, untuk meningkatkan kearifan lokal serta ciri khas tersendiri bagi Provinsi Kaltara. “Saya mengajak untuk kembali menghidupkan dan membangkitkan kearifan lokal. Selain menyelipkan ciri khas daerah dalam setiap pembangunan infrastruktur seperti gedung, saya mengajak seluruh saudara-saudaraku untuk gunakan batik khas Kaltara,” pesan Zainal, Kamis (18/2).

Dikonfirmasi terkait hal itu, Iwin Subali salah satu pengusaha batik di Kota Tanjung Selor merespon dengan baik. Di satu sisi merasa diperhatikan oleh pemerintah daerah. Namun hal tersebut tidak hanya sekedar imbauan, tapi dijadikan sebagai kebiasaan. 

“Tentu kita menyambut baik ya. Karena kita merasa diperhatikan,” ungkap Iwin. Usaha tersebut digeluti Iwin sejak tahun 2015, mendapat respon baik. Tetapi perlahan karena pandemi Covid-19, usahanya sedikit terganggu terutama pada jumlah pekerja. 

“Dampaknya sih pasti ada. Dari sisi penjualan, saya tidak begitu mengetahui karena ibu saya yang menjual. Tapi pekerja kita kurangi sejak awal pandemi masuk ke Indonesia dan Kaltara khusunya,” tutur Iwin. 

Jenis batik yang ada, seperti batik Bulungan,Tidung, dan Dayak. “Nama tokoh, saya diambil dari situ, Bultiya (Bulungan,Tidung dan Dayak),” ucap Iwin. 

Klasifikasi batik yang dijualkan bervariasi, mulai dari batik jenis Printing, dengan harga Rp 100 per meter. Harga ini termasuk murah karena prosesnya juga mudah. Kedua batik jenis Cat, harga Rp 250 ribu hingga Rp 600 ribu. Dengan proses dicat. KKetiga batik tulis, dengan klasifikasi harga mulai dari Rp 2 juta-Rp 6 juta.

“Batik kelas tiga itu memang proses pembuatanya betul-betul pakai tangan dan produksinya pun terbatas,” jelasnya.

Untuk batik model printing, produksi dalam sebulan bisa mencapai ribuan meter sekali cetak. Sementara batik Cat bisa banyak karena prosesnya seperti disablon.

Iwin berharap, pemerintah daerah nantinya untuk membantu dengan mengadakan expo. Secara tidak langsung, batik khas Kaltara bisa dikenal orang banyak. (*/mts/uno) 

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X