DENGAN dijaganya perbatasan antara Bulungan-Berau, maka Pemprov Kaltara juga menempatkan petugas kesehatan untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti skrining hingga tes antigen.
Berdasarkan keterangan Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kaltara Agust Suwandy, petugas kesehatan dilibatkan untuk melakukan pelayanan di posko penjagaan. Pelayanan itu berupa skrining dan melakukan tes antigen. Hal itu dilakukan sebagai upaya memeriksa masyarakat yang keluar dan masuk Kaltara, khususnya di perbatasan Bulungan-Berau. Jika tak bisa menunjukkan dokumen kesehatan, setiap orang yang melintas akan diperiksa.
“Kita lebih meningkatkan kewaspadaan. Maka dari itu kita buka pelayanan di posko,” jelasnya, Sabtu (20/2).
Pelayanannya sendiri, kata Agust, gratis tanpa ada pungutan biaya. Sebab yang digunakan adalah peralatan yang dikirimkan oleh pusat. Dikatakan Agust, setiap harinya akan ditempatkan 4 petugas kesehatan di posko. “Jadi kalau mereka mau rapid antigen mandiri, ada klinik. Yang di pos penjagaan itu gratis. Sebab, itu adalah pengadaan yang dilakukan pemerintah,” ungkapnya.
Dalam pemeriksaan tes antigen nantinya, jika hasilnya negatif maka dipersilakan lewat. Sebaliknya, jika hasilnya positif, maka ada beberapa kemungkinan. Jika memungkinkan, tidak diperkenankan masuk ke Kaltara dan diminta untuk kembali. “Tapi itu khusus untuk warga Berau yang mau masuk ke Bulungan, Kaltara,” ujarnya. Tapi ketika yang ingin melintas adalah warga asal Samarinda atau Balikpapan, namun hasil tes antigennya positif, maka akan diberikan rujukan ke Satgas Penanganan Covid-19 Bulungan.
“Satgas di Bulungan nantinya akan menindaklanjuti dengan melakukan swab PCR. Bila perlu, kita juga lakukan penanganan medis. Sebab tidak memungkinkan untuk kembali jika mereka pendatang dari daerah yang jauh. Kami akan lakukan karantina dan berkoordinasi dengan satgas daerah asal mereka,” ujarnya.
Khusus untuk sopir-sopir angkutan antarkota maupun Damri, juga akan dilakukan pemeriksaan secara berkala. Yakni melihat hasil tes antigen per tiga hari. Sebab, ujar dia, masa berlaku tes antigen hanya tiga hari. “Kita periksa secara berkala. Sebab mereka (sopir) pasti bertemu banyak orang dan terjadi kontak fisik. Jangan sampai terjadi penularan. Kami tetap meminta mereka untuk menjalankan protokol kesehatan, sambil nanti kita akan bahas bagaimana mekanismenya dan kebijakannya,” jelasnya.
“Bukan hanya itu, kita juga harus melakukan sosialisasi. Untuk awal-awal kita sosialisasikan terlebih dahulu. Sebab banyak masyarakat yang belum tahu. Seminggu ini kita fokus pelayanan kesehatan, pemeriksaan serta utamanya adalah sosialisasi,” sambungnya. (fai/udi)