DINAS Kesehatan (Dinkes) Bulungan menyambut baik kunjungan tim BKKBN Republik Indonesia (RI) ke sejumlah Puskesmas di Bulungan. Antara lain Tanjung Selor, Sekatak, Pimping, serta Balai Penyuluhan dan Kampung Keluarga Berkualitas.
Sekretaris Dinkes Bulungan Dr Bagus mengungkapkan, kedatangan tim BKKBN Pusat salah satunya untuk mempromosikan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang kepada masyarakat.
"Yang kita harapkan jadi slogan, bukan lagi dua anak. Tapi lebih kepada penekanan kualitas dari anak tersebut,” ungkap Dr Bagus, Rabu (24/2).
Menurutnya, kuantitas bukan menjadi suatu hal yang dipersoalkan selagi keluarga tersebut mampu. Sosialisasi itu pun tuturnya, salah satunya berkaitan dengan program Keluarga Berencana (KB). Untuk mewujudkan hal tersebut kembali kepada kesehatan para remaja dan reproduksi melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Hal yang tidak kalah penting lainnya adalah pemberantasan stunting. "Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) dari BKKBN, bukan hanya bagian kesehatan," katanya.
Selain itu, keterlibatan setiap organisasi perangkat daerah lembaga masyarakat diharapkan bisa menurunkan angka stunting.
"Karena ini sangat berhubungan dengan program ibu hamil. Diharapkan nantinya tidak ada lagi bayi yang lahir stunting,” katanya.
Sesuai target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), secara persentase, Bulungan juga menargetkan stunting turun sekitar 20 persen. “Saya belum tahu pasti data terakhirnya. Namun berdasarkan target dari WHO, 20 persen. Artinya jika ada 10 bayi yang melahirkan minimal 2 bayi yang stunting. Target ke depannya minimal 14 persen atau setiap tahunnya dapat menekan angka 3 persen. Kalau bisa di Bulungan ini angkanya nol,” sebutnya.
Ia menegaskan, tujuan dari beberapa program pemerintah adalah tidak ada bayi yang lahir stunting atau bertubuh pendek karena kekurangan asupan gizi.
“Sehingga program ini dimulai dari ibu hamil saat terbentuknya janin. Tapi kita lebih ke hulu lagi dengan melibatkan remaja. Kalau di BKKBN ada genre, kalau kita program kesehatan reproduksi remaja,”
Dia juga beranggapan kendala untuk mewujudkan Bulungan bebas stunting salah satu faktornya adalah budaya. Misalnya pernikahan dini dan hamil diluar nikah.
“Jadi biasanya ibunya belum siap, kalau nikah muda logikanya perempuan masih masuk fase pertumbuhan. Dalam masa pertumbuhan dan dia hamil, gizinya tentu berbagi. Karena ibu memerlukan gizi untuk pertumbuhannya. Demikian juga bayinya dan termasuk alat reproduksinya belum siap,” katanya.
Ia menambahkan, hal itu bisa menjadi kecenderungan ketika beranjak usia 30-40 potensi mengidap penyakit kanker. Karena proses pertumbuhan belum sempurna dan kontak dengan pria membuatnya terinfeksi.
“Jadi pengetahuan, pendidikan tentang reproduksi memang harus ditanamkan sejak awal. Jadi pas nikahnya sudah siap. Cuma kendalanya budaya tadi, biasanya usia di bawah 20-15 tahun sudah menikah,” tuturnya. (*/mts/mua)