Bocah 9 Tahun Butuh Perhatian

- Sabtu, 27 Februari 2021 | 21:54 WIB
ANAK HIPERAKTIF: Abdul Jaya (50) bersama Ruslan (9) penyandang disabilitas mental yang diasuhnya sejak 7 tahun lalu.
ANAK HIPERAKTIF: Abdul Jaya (50) bersama Ruslan (9) penyandang disabilitas mental yang diasuhnya sejak 7 tahun lalu.

NUNUKAN – Bocah berusia 9 tahun, Ruslan, penyandang disabilitas mental di Nunukan, harus diikat dan dikurung karena super aktif. 

Bahkan, Ruslan sering lari dari rumah, lalu pergi ke warung dan mengambil makanan dan minuman seenaknya. Hingga merusak tananam atau mencoret-coret properti orang dengan batu atau benda yang didapatnya di jalan. 

Sejak kecil, Ruslan sudah tidak bisa bicara. Hanya suara tangis dan tawanya yang kencang. “Setiap hari dia mengamuk. Biasanya waktu lapar, dia benturkan kepalanya ke lantai sampai berdarah,” ucap Abdul Jaya, ayah angkat Ruslan, saat ditemui di rumahnya, Jumat (26/2). 

Kondisi Ruslan membuat Jaya tidak bisa berbuat banyak. “Kalau saya tidur. Saya buat simpul mati di kaki Ruslan. Simpul satunya saya ikatkan di kaki atau tangan saya,” lanjutnya. 

Bahkan, hal yang dirasakan Jaya kerap mendapat hinaan dan caci maki orang akibat ulah Ruslan. Ruslan merupakan anak adiknya yang bermasalah dalam rumah tangga. Sehingga menyerahkan sepenuhnya hak asuh, yang saat itu masih berusia dua tahun. 

“Sekitar tujuh tahunan saya asuh dia. Waktu kecil sering jatuh dia (Ruslan) dari ayunan dan kepalanya sering terbentur,” ucap Jaya. 

Jaya merasa tidak tega memasukkan Ruslan ke sekolah dalam kondisi demikian. Mengingat Ruslan tidak memiliki kemampuan, layaknya anak normal sebayanya. “Kalau saya kasih pulpen atau pensil, takut dia tusuk-tusuk ke kepala atau mata,” imbuhnya. Keluarga Jaya yang menampungnya bersama Ruslan, sering protes. 

“Saya ini sekarang tinggal di pos Ronda,” imbuhnya. Bagi Jaya, ia tidak pernah takut tidak mampu memberi makan Ruslan. Semua akan ia lakukan demi menunaikan amanah menjaga Ruslan. 

“Bagaimana Ruslan menjalani hidupnya nanti, itu yang saya takutkan. Saya tidak masalah keluarga usir saya karena Ruslan. Saya juga memilih tidak beristri dulu, demi membesarkan Ruslan,” ungkapnya. 

Sementara itu, Sekretaris Dinas Sosial (Dinsos) Nunukan Yaksi Belaning Pratiwi, saat dikonfirmasi mengatakan, Dinsos sudah pernah melakukan penjangkauan terhadap kasus Ruslan. Hanya saja, penjangkauan dan program yang dilakukan terpaksa berhenti dengan adanya wabah Covid-19. Sehingga Dinsos belum melakukan kontrol ulang atas kondisi Ruslan. 

“Benar, kami dengar kasus Ruslan yang disabilitas. Dia ada gangguan mental dan hiperaktif. Nanti kami kunjungi kembali dan asessmen ulang,” terangnya. 

Yaksi mengatakan, ada permasalah krusial untuk mengatasi kasus disabilitas Ruslan. Saat ini, Kabupaten Nunukan belum memiliki tempat layak untuk Ruslan. Panti asuhan yang ada, tidak memenuhi sarat untuk melakukan bimbingan dan konseling atas kasus ini. 

“Kita akan rapat kembali, kemana nanti seharusnya Ruslan ditempatkan. Karena di Nunukan belum ada rehabilitasi disabilitas dalam kasus semacam Ruslan ini,” tuturnya. (*/lik/*/viq/uno)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB
X