TANJUNG SELOR - Salah satu poin yang menjadi perhatian Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengurangi angka stunting (bayi bertubuh pendek) melalui intervensi hulunya.
Antara lain dimulai dari aspek kesehatan remaja serta jarak kelahiran ibu hamil. Yakni jenjang angka kelahiran dari usia 2 tahun setengah sampai tiga tahun.
"Jika kemudian di bawah itu, misalnya kakaknya baru berusia satu tahun, kemudian ibunya hamil lagi, maka ini dapat menyebabkan atau salah satu faktor yang menyebabkan anak bertubuh pendek atau stunting," kata M Rizal Martua Damanik, Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Lalitbang) BKKBN RI disela kunjungannya di Tanjung Selor pekan.
Untuk menjawab persoalan tersebut tuturnya, salah satu caranya dengan mempromosikan alat kontrasepsi dan pemahaman akan penggunaan alat tersebut. "Dinas Kesehatan, bersama dengan BKKBN hadir mensosialisasikan alat kontrasepsi. Yang bertujuan untuk memperjarang usia kehamilan atau kelahiran," bebernya.
Walaupun penggunaan alat kontrasepsi secara tidak langsung untuk meminimalisir angka stunting, namun cara itu tuturnya dipercaya dapat menjawab persoalan tersebut.
"Tujuannya untuk mengatur jarak kelahiran, karena stunting itu erat kaitannya dengan durasi atau jarak kelahiran," sebut dia.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Bulungan, Rustam menambahkan, berdasarkan data hasil bulan timbang pada tahun 2020, angka prevalensi stunting di bawah 20 persen.
Menurutnya, hal tersebut erat kaitannya dengan program ibu hamil. Ia mengharapkan ke depannya tidak lagi ada bayi yang lahir dengan tubuh pendek. "Minimal setiap tahunnya menekan angka 3 persen. Karena memang beberapa faktor adanya angka stunting ini karena program gizinya. Program ini diutamakan pada ibu hamil saat terbentuknya janin,” tutupnya. (*/mts/mua/uno)