TARAKAN — Pengendalian inflasi menjadi hal penting dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), terus mengawasi perkembangan inflasi.
Berdasarkan rilis inflasi yang dikeluarkan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada Februari 2021. Kota Tarakan mencatat deflasi sebesar -0,01 persen (mtm), sekaligus turut berkontribusi dalam deflasi yang dicapai Kaltara -0,03 persen (mtm).
Meski mencatat deflasi, TPID Tarakan tetap mewaspadai sejumlah komoditas yang sering menyumbang inflasi cukup besar terhadap inflasi Tarakan. Bahkan, sekarang sudah ada lagi sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga.
“Dalam High Level Meeting (HML) memang di Tarakan ada beberapa komoditas yang perlu mendapat perhatian. Seperti bawang merah, bawang putih, ikan bandeng dan ikan layang. Sekarang terjadi kenaikan harga yakni cabai rawit,” terang Sekretaris Kota (Sekkot) Tarakan Hamid Amren, Minggu (7/3).
Namun, masalah ini, menurut Hamid, terjadi secara nasional tidak hanya di Tarakan. Dikarenakan stok cabai rawit berkurang. Bahkan, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Tarakan menyampaikan dalam HLM, di pasar induk Keramat Jati di Jakarta, harga cabai rawit tinggi.
Hamid menilai, masalah kenaikan harga cabai rawit sering terjadi. Dimana pada saat suplai banyak harganya turun. Sehingga Pemkot Tarakan terus menjaga stok kebutuhkan pokok.
Dalam menjaga ketersediaan bahan pokok, Pemkot Tarakan juga menjalin Kerjasama Antar Daerah untuk mencukupi kebutuhan pokok. Bahkan, Wali Kota Tarakan Khairul turut mendorong hal itu dalam rapat Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) yang berlangsung di Bogor, Jawa Barat, belum lama ini.
Karena menurut Hamid, Tarakan bukan daerah penghasil atau produksi, kecuali sayur-sayuran dan daging ayam. Hampir semua kebutuhan pokok didatangkan dari luar Tarakan, sehingga jalur distribusi sangat menentukan.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Tarakan Elang Buana mengakui, tingginya harga cabai rawit. Informasi yang diperolehnya menyentuh angka Rp 140 ribu per kilogram.
“Iya mas, memang tinggi,” singkat Elang dikonfirmasi melalui telepon genggamnya, Minggu (7/3). Sementara itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) terus mendorong agar Pemkot Tarakan melakukan Kerjasama Antar Daerah dalam menjaga kestabilan harga.
“Optimalkan peran TPID dalam menjaga kestabilan harga, khususnya di wilayah Kota Tarakan,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltara Yufrizal, Sabtu (6/3) lalu.
Terdapat beberapa komoditas yang persisten muncul dengan andil yang cukup besar, pada tingkat inflasi Kota Tarakan selama periode 2016-2020. Dari data yang diperoleh dari KPwBI Kaltara, meliputi angkutan udara, bawang merah, bawang putih, ikan bandeng, cabai rawit, beras, seng dan sewa rumah.
“Berdasarkan data itu, KPwBI Kaltara menjalankan fungsi advisory kepada Pemkot Tarakan. Dengan meminta dinas terkait untuk dapat memerhatikan komoditas-komoditas yang ada pada kuadran I (memiliki intensitas muncul yang tinggi dan andil yang besar),” tutupnya. (mrs/uno)