Biaya Kuliah Mahal Diprotes

- Jumat, 12 Maret 2021 | 19:35 WIB
AKSI PROTES: Sebagai bentuk protes perihal biaya kuliah yang mahal, mahasiswa berjualan masker, baru-baru ini.
AKSI PROTES: Sebagai bentuk protes perihal biaya kuliah yang mahal, mahasiswa berjualan masker, baru-baru ini.

TANJUNG SELOR – Sejumlah mahasiswa mengeluhkan dengan biaya kuliah di Universitas Kaltara (Unikaltar) yang mahal. Sebagai bentuk protes, mahasiswa Unikaltar berjualan masker di lampu lalulintas (traffic light) Jalan Sengkawit, Tanjung Selor, sejak 7-9 Maret lalu.  

Koordinator Aksi Ismail mengatakan, mahasiswa merasa terbebani dan tidak sanggup membayar uang semester, bahkan terancam berhenti kuliah. Sehingga berinisiatif lakukan aksi menjual masker di traffic light. Biaya kuliah dirasa cukup tinggi, mengingat tidak semua mahasiswa Unikaltar orang berada.

“Kami beberapa mahasiswa, menginisiasi gerakan untuk aksi solidaritas jual masker di jalan. Sebagai bentuk kepedulian terhadap rekan-rekan mahasiswa yang kesulitan membayar biaya SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan),” jelas Ismail, Kamis (11/3).

Selain bentuk kepedulian, aksin ini sebagai protes kepada pihak rektorat terkait. Meskipun sebelumnya sudah dilaksanakan audiensi dengan pihak rektorat. Akan tetapi, tidak ada solusi yang diberikan oleh pihak kampus. Padahal, di tengah pandemi seperti saat ini harus ada kebijakan dari pihak kampus.

Sejak 2017 silam hingga saat ini, biaya perkuliahan terus alami kenaikan. Ia menyebutkan, untuk Fakultas Ekonomi, 2017 lalu tiap semester mahasiswa harus membayar Rp 2,3 juta. Di tahun 2018 dan 2019 sebesar Rp 2.820.000. Pada tahun lalu, kembali terjadi kenaikan biaya kuliah menjadi Rp 4.250.000.

Termasuk, SPP angkatan 2020 masing-masing fakultas. Seperti Fakultas Teknik dan Fakultas Mipa, untuk kategori 1 (Rp 4.45.000), kategori 2 (Rp 5.600.000). Kemudian, Fasultas Pertanian kategori 1 (Rp 4.650.000) dan kategori 2 Rp 5.650.000. Berlanjut untuk Fakultas Ekonomi dan Sospol, kategori 1 Rp 4.250.000 dan kategori 2 Rp 5.300.000. 

Ismail mengharapkan, ada perhatian serius dari pihak pemerintah terkait permasalahan pendidikan di daerah, khususnya Kabupaten Bulungan sebagai ibukota provinsi termuda.

Dikonfirmasi terpisah, Rektor Unikaltar, Prof Abdul Jabarsyah Ibrahim membantah bila tidak ada tanggapan dari pihak kampus. Ia beranggapan, aksi itu salah sasaran. Di mana seharusnya dilakukan lebih jauh dengan pemerintah daerah. Pihak kampus sudah meminta jumlah mahasiwa yang tidak mampu membayar kuliah. Permintaan itu diutarakan dalam diskusi dengan mahasiswa.

“Kita juga ada kerja sama untuk beasiswa, seperti dengan Bank Indonesia yang menyiapkan 50 orang. Lalu ada program UKT (Uang Kuliah Tunggal) dari pemerintah untuk meringankan biaya kuliah bagi 140 orang. Kita minta jumlah mahasiswa yang tidak mampu membayar dan dicarikan solusinya,” jelas Jabarsyah. 

Menurut Jabarsyah, bagi mahasiswa lama itu tidak masalah. Terhadap mahasiswa baru, memang belum ada pembicaraan. “Kita sedang inventarisasi siapa saja dan dimana yang tidak mampu itu,” imbuh Jabarsyah. 

Ia menegaskan, tidak ada kenaikan biaya kuliah seperti yang dimaksud. Pihak kampus masih menyesuaikan biaya kuliah. Pasalnya, Unikaltar masih bergantung pada dana masyarakat. (fai/uno) 

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X