Ditinggal Suami, Andalkan Allah Maha Pemberi Rezeki

- Sabtu, 13 Maret 2021 | 20:44 WIB
PANTANG MENYERAH: Ningsih Ibu dua anak yang keseharian berjualan kerupuk demi menafkahi kedua anaknya, setelah berpisah dengan sang suami.
PANTANG MENYERAH: Ningsih Ibu dua anak yang keseharian berjualan kerupuk demi menafkahi kedua anaknya, setelah berpisah dengan sang suami.

Tantangan dan desakan ekonomi, membuat setiap orang bergelut dengan tantangan dan realitas kehidupan. Berusaha sendiri demi mendapatkan penghasilan lebih terhormat ketimbang menjadi beban orang lain ataupun keluarga.

 

MARTINUS NAMPUR, TANJUNG SELOR

 

MATAHARI memancarkan teriknya di Tanjung Selor, Rabu (10/3) lalu. Ningsih (30) tetap mengayun langkahnya di pelataran Jalan Rambutan, tepat di samping kantor gubernur Kaltara. Sembari menggendong anaknya yang berusia setahun, ia juga menenteng dagangan kerupuk dan kacang-kacangan.  

Di kompleks pusat pemerintahan Provinsi Kaltara itu dianggap sebagai ladang rezeki. Mengingat banyaknya hiruk pikuk kendaraan dan pejalan kaki, yang mayoritas Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemprov Kaltara. 

Hampir tiap hari Ningsih menjajakan jualannya di sekitar kantor pemerintahan. Sekali-kali menjajakan jualan di tempat lain yang dirasa ramai pengunjung. 

“Saya berjualan sudah sekitar satu tahun, terhitung sebelum memasuki puasa tahun 2020 lalu. Saya berjualan begini karena yang menopang ekonomi keluarga tidak ada yang diharapkan lagi untuk menafkahi kedua anak saya. Setelah beberapa tahun lalu berpisah dengan sang suami,” tuturnya. 

Memilih berjualan keliling ia sudah siap menanggung risiko dan tantangannya. “Kalau saya berjualan di pasar banyak persaingan dan harga yang dijualkan murah, karena banyak pilihan. Padahal dalam proses pembuatan kerupuk ini waktunya yang lama dan tidak gampang,” bebernya.

Dia menjual aneka kerupuk olahan sendiri mulai harga Rp 5 ribu. Dalam sehari pasti ada keuntungan dan lumayan untuk sekedar bertahan hidup, serta bisa membeli susu kedua anaknya. 

Alhamdulillah saya berjualan begini ada saja orang yang baik berikan kita bantuan,” kata perempuan yang sudah setahun lebih menetap di Tanjung Selor itu. 

Kedua anaknya diikutsertakan berjualan, bukan karena cara untuk menarik simpati dan perasaan iba orang lain. “Tapi karena memang kalau saya tinggalkan di rumah tidak ada yang menjaga. Karena kami hanya bertiga di rumah,” ucapnya. 

Ia berpisah dengan suami sejak bulan Agustus tahun lalu. “Saya aslinya dari Indramayu, Jawa Barat. Datang ke Kaltara karena memang ada kakak saya yang dulunya mengikuti tahapan transmigrasi di kilometer-12,” kisahnya.

Dia pun menceritakan kisah pilunya datang ke Tanjung Selor, sebab diancam dibunuh oleh keponakannya. “Saya datang ke sini (Tanjung Selor) awalnya karena di Jawa saya bertengkar dengan keluarga, keponakan. Bahkan saya sampai hampir mau dibunuhnya. Waktu itu saya hendak melaporkan ke polisi, tapi kasihan masih keluarga. Saya lebih memilih jalan lain telepon keluarga dan berangkat ke sini,” kata dia. 

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X