NUNUKAN – Rumah Sakit Pratama yang dibangun di dataran tinggi Krayan, Kabupaten Nunukan, masih belum difungsikan. Pembangunan rumah sakit tersebut telah rampung pada 2015 silam. Adanya Rumah Sakit Pratama itu, memberikan harapan dan impian bagi warga perbatasan RI–Malaysia. Yang selama ini sangat membutuhkan fasilitas pengobatan mumpuni dan tenaga dokter handal.
Namun, realita di lapangan hingga saat ini di wilayah Krayan, masih ada orang sakit yang dibawa ke Pustu menggunakan tandu dan digotong puluhan kilometer demi mendapat penanganan medis.
Apabila ada warga yang harus dirujuk, maka alternatif diangkut menggunakan moda pesawat terbang dengan biaya yang cukup mahal. Bahkan, tidak jarang pasien dibawa ke Malaysia. “Kondisi Rumah Sakit Pratama di Krayan sudah seperti sarang hantu. Gedung dibangun dengan megah, tapi tidak pernah dioperasikan,” kata Anggota DPRD Nunukan Welson, belum lama ini.
Tidak hanya kondisi RS Pratama yang jadi sorotan. Bahkan sejumlah Pustu di Krayan banyak bangunan dalam kondisi memprihatinkan. Kondisi tersebut kemudian dihubungkan dengan situasi pandemi Covid-19. Apalagi, pesawat terbang tentu menolak untuk membawa pasien terkonfirmasi Covid-19.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Nunukan Miskia tidak membantah, bahwa lebih dari 5 tahun RS Pratama Krayan belum beroperasi. RS Pratama memang pernah beroperasi, tapi sebagai kantor kecamatan sementara sebelum kembali mangkrak.
“Penyerahan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) selaku pembangun proyek dan alokasi anggaran yang lambat, menjadi alasan RS Pratama belum beroperasi,” tuturnya, Sabtu (20/3) lalu.
Kondisi tersebut pun menjadi kendala dalam penanganan medis, ketika ada pasien terkonfirmasi Covid-19 di wilayah Krayan. Namun, sejauh ini masyarakat Krayan mampu mengatasi persoalan Covid-19. Sehingga tidak ada kasus terkonfirmasi yang harus dirujuk ke RSUD Nunukan.
Miskia menjelaskan, penyelesaian proyek terbilang lama. Termasuk pengajuan Alat Kesehatan (Alkes) baru saja disetujui Kementerian Kesehatan (Kemenkes). “RS Pratama di Nunukan menjadi yang pertama di Indonesia. Alkesnya saat itu belum ada dan baru disetujui dua tahun lalu,” ungkapnya.
Termasuk juga dengan belum siapnya tenaga dokter. Saat ini baru ada 2 dokter di wilayah Krayan, yang ditempatkan di Puskesmas Long Bawan. Ada juga tenaga perawat, bidan dan analis serta bantuan tenaga kesehatan dari Puskesmas Long Layu.
“Sebenarnya secara kesiapan, kita sudah siap tahun 2021 akhir buka pelayanan. Namun untuk beroperasi optimalnya tahun 2022,” pungkasnya. (*/lik/*/viq/uno)