TARAKAN – Sudah lama Pemkot Tarakan menyiapkan tempat penampungan bagi orang terlantar. Shelter yang dikelola Dinas Sosial dan Pembedayaan Masyarakat itu membantu orang dari luar Tarakan yang tidak memiliki biaya untuk menginap.
Seperti yang dialami tenaga kerja Indonesia (TKI) yang dideportasi dari Malaysia dan terlantar di Tarakan. Sempat menyewa sebuah rumah di kelurahan Pantai Amal, namun karena tidak memiliki pekerjaan tetap, tidak bisa memperpanjang kontrakan.
“Mereka itu dari Malaysia. Di Tarakan tinggal di Amal, katanya sih nyewa rumah. Sekarang mungkin sudah tidak mampu untuk membayar sewa,” ujar Kepala Dinas Sosial dan Pembedayaan Masyarakat Tarakan, Arbain, Kamis (7/4).
Ada 9 orang yang menghuni tempat penampungan tersebut. 6 orang di antaranya merupakan orang terlantar yang sempat menyewa rumah di Pantai Amal. Mereka rencananya akan dipulangkan ke daerah asalnya dengan bantuan biaya dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Sambil menunggu jadwal kapal dan rapid test yang akan dilakukan Dinas Kesehatan untuk memenuhi persyaratan keberangkatan, mereka ditampung sementara di shelter Dinas Sosial dan Pembedayaan Masyarakat.
“Mereka nanti dipulangkan kalau sudah jadwal kapal berangkat dan swab dulu. Sementara karena habis kontraknya di sana, ya kami terpaksa menampung dia shelter,” ungkap mantan Kepala Dinas Perhubungan Tarakan ini.
Diketahuinya keberadaan mereka setelah Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat menerima laporan, kemudian ditindaklanjuti dengan memeriksa kondisi dan identitas mereka.
Sementara itu, 3 orang lainnya yang juga menempati shelter Dinas Sosial dan Pembedayaan Masyarakat merupakan masyarakat Nunukan yang berobat di Tarakan. Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat memberikan waktu tujuh hari untuk tinggal di shelter. (mrs/ind)
