Waspadai Demam Babi Afrika di Kaltara

- Sabtu, 10 April 2021 | 21:18 WIB
Ahmad Alfaraby
Ahmad Alfaraby

TARAKAN – Wabah Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) sudah masuk di negara Malaysia. 

Sebagai bentuk antisipasi penyebaran penyakit di Kaltara, Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II Tarakan mulai lakukan sosialisasi bahaya virus mematikan bagi babi tersebut. Apalagi, tingkat kematian babi atas virus tersebut hingga 100 persen. Demikian diungkapkan Kepala BKP Kelas II Tarakan, Ahmad Alfaraby. 

“Jika virus ini masuk ke wilayah kita, sangat merugikan peternak babi di Kaltara. Sehingga, diantisipasi jangan sampai masuk ke wilayah kita,” jelasnya, Jumat (9/4).

Menurut Ahmad, tugas BKP mencegah penyakit hewan dan tumbuhan untuk masuk dan tersebar. Pengawasan BKP terhadap penyakit yang dibawa produk tumbuhan dan hewan. Dari hasil penelitian yang terus dilakukan, hingga saat ini belum ada bukti virus ASF dapat menginfeksi pada manusia.

“Tapi, belum ada antiviral yang efektif dan belum ada vaksin untuk ASF. Memang bisa menularkan ke manusia. Tapi tidak mengganggu kesehatan,” tegasnya. 

Pengawasan di wilayah perbatasan, seperti Satgas {amtas di Nunukan maupun Bea Cukai sudah dilakukan. Pekan depan, kata Ahmad, akan mendatangi Dinas Peternakan, Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Kaltara. Untuk membuat surat yang ditujukan kepada semua dinas dibawahnya, agar ada kewaspadaan dini di Kaltara.

“Dampak ke manusia itu sebenarnya dari ekonomi. Ada inspektorat kami yang turun langsung ke wilayah yang terinfeksi di NTT dan Bali. Untuk melihat langsung, bagaimana dampaknya peternakan babi. Cuma beberapa hari, setelah terinfeksi sudah mati semua," bebernya.

Ahmad menjelaskan, ada beberapa faktor risiko penularan dan penyebaran ASF, secara langsung apabila ada kontak fisik. Sedangkan secara tidak langsung, apabila makanan atau sampah yang mengandung partikel virus ASF. Termasuk gigitan caplak, yang bertindak sebagai vector biologis dan kontak dengan benda mati yang membawa partikel virus.

Ia mengakui, peternak babi banyak mengandalkan sisa-sisa makanan dari rumah makan dan hotel. Sementara, virus ini bisa bertahan di suhu lingkungan, dikhawatirkan partikelnya masih ada di sisa makanan. Sehingga, perlu ada perlakuan untuk pakan yang diambil dari sisa makanan tersebut dan tidak bisa langsung diberikan kepada babi.

"Diolah dulu dengan pemanasan 90 derajat celsius selama 60 menit, sebelum diberikan kepada babi,” pungkasnya. (sas/uno)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pelayanan Pelabuhan di Tarakan Disoroti

Sabtu, 27 April 2024 | 08:55 WIB

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB
X