TANJUNG SELOR - Tingkat pendidikan berperan dalam mempengaruhi angka kemiskinan. Orang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai peluang lebih rendah untuk menjadi miskin.
Seperti dijelaskan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara Tina Wahyufitri, selama tahun 2015-2020, sebagian besar penduduk miskin di Kaltara memiliki pendidikan terakhir SD/SLTP.
Pada tahun 2015, sebanyak 57,69 persen penduduk miskin yang berpendidikan SD/SLTP. Sedangkan pada tahun 2020 sebanyak 48,98 persen penduduk miskin yang berpendidikan SD/ SLTP.
“Tiga tahun terakhir yaitu pada 2018 hingga 2020, terjadi peningkatan persentase penduduk miskin yang berpendidikan SLTA ke atas,” katanya, Jumat (23/4).
Jika berdasarkan kabupaten/kota, persentase penduduk miskin yang berpendidikan SD/SLTP tertinggi pada tahun 2020 berada di Kota Tarakan dengan persentase penduduk miskin sebesar 53,07 persen. Begitu pula dengan persentase penduduk miskin yang berpendidikan SLTA ke atas sebesar 31,63 persen.
Sedangkan untuk Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk miskin yang berumur 7-12 tahun atau setara dengan usia sekolah dasar (SD), berfluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun 2015, persentase APS penduduk miskin yang berumur 7-12 tahun adalah 99,51. Sedangkan pada tahun 2020 adalah 96,46.
“Ini sama halnya pada penduduk miskin yang berumur 13-15 tahun atau setara dengan usia SMP,” jelasnya
“Pada tahun 2015 penduduk miskin yang berusia 13-15 tahun APS-nya sebesar 93,09, sedangkan pada tahun 2020 yaitu 93,32,” tuturnya.
Pada tahun 2020, APS kabupaten/kota pada umur 7-12 tahun sudah melebihi 90 persen, dengan APS tertinggi di Kabupaten Tana Tidung dan Kota Tarakan sebesar 100 persen. Sedangkan pada umur 13-15 tahun Kabupaten Tana Tidung dan Nunukan juga telah mencapai 100 persen. (*/nnf/mua)
