NUNUKAN – Kondisi terkini banjir yang merendam di 9 Kecamatan di Nunukan, berangsur surut. Banjir yang merendam rumah-rumah warga tersebut diperkirakan dari Sungai Talangkai di Sepulut Sabah Malaysia.
Kemudian, banjir mengalir ke Sungai Pampangon-Sungai Lagongon ke Pagalungan yang masih wilayah Malaysia. Dari Pagalungan, aliran sungai kemudian memasuki wilayah Indonesia melalui Sungai Labang, Pensiangan dan Sembakung.
Dari sekitar 440 rumah di Kecamatan Sembakung, Minggu (30/5) tersisa 80 rumah yang masih terendam. “Kecamatan Sembakung merupakan wilayah dengan dampak terparah,” terang Kepala Sub Bidang Kedaruratan dan Logistik pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan Hasanuddin, kemarin.
Banjir yang perlahan-lahan surut tersebut dikarenakan tidak adanya hujan dalam dua hari terakhir. Menjadikan debit air berkurang secara signifikan. Di wilayah Sembakung yang merupakan daerah terparah, ketinggian air saat ini ada di batas 4,2 meter.
“Puncaknya pada Sabtu (29/5) lalu, dengan ketinggian air 4,9 meter. Desa terparah terendam banjir, seperti Desa Atap dan Tagul, air masih merendam rumah dengan ketinggian bervariasi. Ada selutut dan pinggang orang dewasa,” jelasnya.
Dalam pemantauan kondisi banjir dan distribusi logistik, BPBD Nunukan tidak mengalami kendala. “Penyaluran bantuan aman, puskesmas juga sudah mulai difungsikan dan aktivitas warga hampir pulih seluruhnya,” imbuh Hasan.
Banjir mulai meluap ke pemukiman penduduk sejak Senin (24/5). Hasan mengakui, banjir kali ini memang lebih luas dibandingkan awal 2021.
Saat itu, banjir hanya terjadi di Kecamatan Sembakung dengan ketinggian air mencapai 2,1-4 meter. BPBD Nunukan mencatat, sebanyak 948 rumah dengan 1.552 KK dan 5.682 jiwa terdampak. (*/lik/*/viq/uno)
