Bocah 7 Tahun Didiagnosa Derita AIDS

- Jumat, 4 Juni 2021 | 21:47 WIB
PENYAKIT MEMATIKAN: Bocah yang masih berusia 7 tahun didiagnosa menderita AIDS dan mendapat penanganan dokter.
PENYAKIT MEMATIKAN: Bocah yang masih berusia 7 tahun didiagnosa menderita AIDS dan mendapat penanganan dokter.

NUNUKAN – Bocah berusia 7 tahun, berinisial AS, didiagnosa menderita Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).

AIDS mempengaruhi sel pertumbuhannya. Sehingga di usia 7 tahun ukuran tubuhnya tidak seperti anak seusianya. 

“AS pun mengalami infeksi opportunity. Yaitu infeksi akibat virus, bakteri, jamur, atau parasit karena lemahnya imunitas tubuh. Berat badannya pun hanya sekitar 9 kg,” terang dr Jindi, dokter yang menangani AS di RSUD Nunukan, Rabu (2/6) lalu. 

Jindi menjelaskan, infeksi AIDS yang diderita diduga terjadi sudah sekian tahun, bahkan sejak masih dalam kandungan. Dari diagnosa yang dilakukan, AS bahkan mengalami TBC. Sehingga kemampuan AS bertahan hidup sampai di usia 7 tahun bisa dikatakan sebuah keajaiban. 

“Dia (AS) kuat meski menderita TBC. Jadi untuk bertahan hidup sudah syukur dalam kondisi yang berat begini. Apalagi banyak faktor penyakit lain, kita rawat dia sesuai SOP AIDS,” kata Jindi.

Dokter terus berupaya memperbaiki kualitas hidup AS dengan injeksi dan obat untuk penderita AIDS. Asupan makanan diberikan dengan gizi seimbang. Sayangnya, AS harus melanjutkan terapi di rumahnya. 

Kondisi ekonomi keluarga AS tidak memungkinkan untuk menjalani terapi dengan biaya mahal. “Saat ini imunitasnya semakin lemah dan sel pertumbuhannya sudah terganggu. Bisa jadi dia sudah terinfeksi (AIDS) sejak dalam kandungan,” tegasnya.

Selama ini, AS diasuh oleh tantenya bernama Ratna (43). AS sudah sering bolak balik ke rumah sakit. Kulit tubuhnya sering tumbuh luka yang keluar darah dan nanah. Untungnya pengobatan ditanggung RSUD Nunukan. Ratna menuturkan, ayah AS meninggal dunia jauh sebelum dilahirkan. Sementara ibunya meninggal setelah AS berusia 5 tahun.

Sebagai tante, Ratna mengaku ikut bertanggung jawab untuk membesarkan AS. Meski ia hanya tinggal di sebuah pondok penjemuran rumput laut, dengan kondisi hampir ambruk. Pondok tersebut berukuran 4 x 6 meter dengan dinding terpal dan spanduk bekas yang ada di Jalan Lingkar Nunukan. 

“Dokter menyarankan agar kami menjaga jarak. Manalah kami bisa? Anak kami 3, jadi 4 orang dengan AS. Kalau kami mau tidur dalam rumah, kami lihat dulu keadaan cuaca. Kalau cuaca buruk kami tidur di atas perahu, karena kami takut rumah roboh,” tuturnya.

Sudah 2 tahun lamanya ia mengurus AS. Semua kebutuhan AS dipenuhi, tidak ada kata lelah bagi Ratna. Ratna pun tidak mau mengeluh, meski AS selalu membuatnya kerepotan terutama saat sakit. Setiap sakitnya datang, AS pasti mengalami demam tinggi, sesak nafas, batuk dan sakit perut hebat. 

AS yang belum bisa bicara ini, selalu memberi tahu semuanya dengan menangis dan isyarat. “Jadi selama 2 tahun ini kami tidak pernah tidur nyenyak. Rumah kami di atas laut dan dindingnya spanduk bekas, kami takut saat AS tidur lalu berguling dan jatuh ke laut,” ujar Ratna.

Ratna juga sadar, bahwa usia AS tidak lama. Dokter RSUD Nunukan sudah memberitahunya segala kemungkinan dan kondisi AS secara keseluruhan. (*/lik/*/viq/uno) 

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X