Kaltara Produsen Utama Udang di Kalimantan

- Minggu, 6 Juni 2021 | 20:05 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

TARAKAN – Ekspor komoditas udang menjadi yang utama perikanan di wilayah Kaltara. Hal ini dapat diliat dari tahun 2019-2020. Dengan nominal ekspor udang tercatat USD 93 juta.

Angka tersebut 80 persen dari total ekspor 3 komoditas perikanan di Kaltara. Pada tahun 2020 ekspor udang Kaltara tercatat mencapai USD 87 juta. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltara, Yufrizal mengatakan, dengan produktivitas yang tinggi itu, Kaltara berperan sebagai produsen utama udang di wilayah Kalimantan.

Total produksi udang segar, beku dan olahan Kaltara di tahun 2020 sebesar 10.425 ton, atau 58,6 persen. Dari total produksi udang di seluruh Kalimantan.

“Mayoritas produksi udang di wilayah Kaltara adalah udang black tiger (udang windu). Dengan pangsa utama ke negara Jepang 55 persen, dan disusul Taiwan dan Amerika Serikat, masing-masing memiliki pangsa 15 persen dari total ekspor udang Kaltara,” terang Yufrizal, Sabtu (5/6).

Adapun perkembangan harga udang segar secara global di triwulan I 2021 mengalami sedikit perbaikan. Jika dibandingkan dengan triwulan IV 2020. Perbaikan ini didorong oleh mulai dibukanya jalur perdagangan udang, dari dalam negeri menuju Amerika Serikat dan Eropa. Setelah tahun 2020 terpaksa ditutup karena imbas pandemi Covid-19.

“Kerap anjloknya harga udang yang menjadi permasalahan petambak di Kaltara. Disebabkan oleh tingkat produktivitas petambak Kaltara yang belum maksimal. Menyelesaikan permasalahan itu, kami berusaha untuk mendorong para pelaku tambak udang melakukan inovasi di bidang budidaya. Guna mendongkrak tingkat produktivitas petambak,” bebernya.

Upaya peningkatan produktivitas petambak udang ini dengan lakukan kerjasama pihak Pemkot Tarakan. Untuk membangun pilot project di Tarakan. Untuk memperbaiki pola budidaya udang eksisting, dengan penggunaan pupuk serta lactobacillus, guna memperbaiki kualitas tanah.

“Pada pelaksanaan program pilot project yang pertama, kami tingkatkan survival rate (SR) pada tambak yang diberikan lactobacillus. Rata-rata 11 persen menjadi lebih dari 20 persen. Kualitas tanah yang baik diharapkan dapat menurunkan tingkat mortalitas udang yang relatif tinggi, karena rendahnya kualitas tanah,” ungkapnya.

Tingkat toksisitas pada tanah akibat penggunaan lahan tambak yang terus menerus, tanpa adanya proses pengolahan. Diduga menjadi salah satu dampak tingginya tingkat mortalitas udang saat ini.

Dengan meningkatnya produktivitas petambak dan dapat langsung menjual kepada perusahaan pengekspor. Sehingga diharapkan dapat memperbaiki nilai jual udang dan disaat yang bersamaan meningkatkan pendapatan petambak. (sas/uno)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X