Ciptakan Produk Baru, Kebijakan Pemerintah Bangkitkan Usaha

- Minggu, 20 Juni 2021 | 19:53 WIB
PEMBATIK TARAKAN: Sony Lolong menunjukkan hasil membatiknya.
PEMBATIK TARAKAN: Sony Lolong menunjukkan hasil membatiknya.

Pandemi Covid-19 telah melemahman seluruh sektor perekonomian, tidak terkecuali pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Namun Sony Lolong mampu bertahan di masa sulit efek Covid-19.  

MUHAMMAD RAJABSYAH, Tarakan

SONY Lolong merupakan satu dari ribuan pelaku UMKM di Tarakan yang terkena dampak pandemi Covid-19. Pria berusia 58 tahun ini merasakan betul sulitnya mencari penghasilan di awal merebaknya virus berbahaya itu tahun lalu.

Pasalnya berdagang batik tidak seperti berjualan barang lainnya. Selain harganya yang cukup mahal Rp 300 ribu per potong kain, batik hanya tergolong kebutuhan sekunder yang tidak terlalu dibutuhkan masyarakat.

Dampaknya pun dirasakan Sony Lolong. Pendapatannya turun drastis dengan tidak ada produk batiknya yang laku. Padahal, sebelum pandemi Covid-19, Sony Lolong bisa meraup keuntungan lumayan.

Sebagai salah satu pembatik yang dikenal di Tarakan, produk batik Sony Lolong bisa laku 20 hingga 30 potong kain dalam sebulan dengan penghasilan di atas Rp 20 juta. Itu sebelum pandemi Covid-19.

Membatik sudah digeluti Sony Lolong sejak tahun 2012. Ia mampu membatik setelah mengikuti program pelatihan yang digelar Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Tarakan pada 2011 lalu.

Batik buatannya, baik batik tulis maupun batik cap, dikenal karena memanfaatkan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan sebagai pewarna sintetis. Selain itu, ia juga memasukkan motif khas daerah dalam batiknya. Seperti Padau Tujuh Dulung dan lain-lain.

“Pada saat pandemi orang belum tentu beli batik. Dampak sangat signifikan sekali, tidak ada penghasilan sama sekali, tidak ada produk batik yang laku waktu itu,” beber Sony Lolong, Sabtu (19/6). 

Namun, ia tidak putus asa dengan kondisi yang dihadapi. Justru Sony Lolong menjadikan momentum Covid-19 ini untuk beradaptasi dan berkreasi menciptakan produk baru yang masih berkaitan dengan membatik.

“Caranya ya bikin masker batik, bikin APD atau baju hazmat yang ada kombinasi batiknya, bikin sesuatu yang memang ada kaitannya dengan pandemi, tapi ada kaitannya juga dengan batik,” bebernya.

Sony Lolong memproduksinya di sebuah rumah di Kelurahan Kampung Satu, yang dikenal dengan Rumah Kelompok Usaha Bersama Disabitas Batik Tarakan (Kubedistik). Hasilnya, Sony Lolong bisa meraih penghasilan sekitar Rp 5 juta per bulan.

“Walaupun mungkin (penurunan) pendapatan jauhlah, tapi minimal tetap ada, tetap bertahan. Trik-trik yang saya lakukan seperti itu,” ungkapnya.

Di Rumah Kubedistik itu, ia dibantu dengan kaum disabilitas yang merupakan binaannya belajar membatik. Ia juga dibantu salah satu perusahaan migas di Tarakan.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X