TARAKAN - Sejak tahun 2000 hingga saat ini, 85 persen kecelakaan didominasi terjadi di wilayah perairan Kaltara. Kantor Search and Rescue (SAR) Tarakan pun sudah memberikan edukasi kepada stakeholder terkait tehnik penyelamatan, pencarian dan penanganan korban kecelakaan.
“Di Tarakan ini dikelilingi oleh perairan. Rata-rata aktivitas kita kalau ke kabupaten menggunakan jasa transportasi laut,” terang Kepala Kantor SAR Tarakan Amiruddin, Senin (12/7).
Dalam penanganan kecelakaan yang dialami transportasi air, berkaitan jarak Lokasi Kejadian Perkara (LKP) dengan Kantor SAR Tarakan. Sehingga berdampak pada respons time atau saat petugas SAR tiba di LKP tidak tepat waktu. Selain itu, sumber daya manusia (SDM) yang masih minim untuk menangani semua wilayah perairan Kaltara.
“Jadi kita akan menyamakan presepsi. Sehingga pola tindak kedepan bisa terbagi. Karena Kantor SAR baru berdiri selama dua tahun,” sebutnya.
Ia mengakui, belum mampu menangani semua permasalahan di perairan Kaltara. Namun ia berharap, satuan samping yang berada di perairan bisa melakukan penanganan awal pada saat kecelakaan. “Jadi bisa menjawab respons time untuk tiba di TKP,” imbuhnya.
Saat ini, SAR Tarakan sudah memiliki sarana kapal yang memadai. Salah satu kapal Rigid Inflatable Boat (RIB), yang selama ini digunakan untuk memberikan pertolongan kepada masyarakat terkhusus di daerah sungai.
“Untuk di darat belum ada pertolongan bencana alam. Hanya saja ada banjir yang mengakibatkan air tergenang. Mudahan seterusnya terhindar dari bencana alam,” harapnya.
Menurutnya, dalam kecelakaan akan berdampak adanya korban. Salah satunya dengan adanya kerja sama dengan Jasa Raharja. Agar nantinya para korban kecelakaan bisa mendapatkan hak yang disiapkan oleh pemerintah.
Tak hanya itu, pada 16-17 Juli pihaknya akan menggelar simulasi penanganan korban kecelakaan di laut. Unsur yang terlibat dari TNI/Polri, akan menerapkan standar dalam penanganan kecelakaan pelayaran. Termasuk melibatkan organisasi masyarakat maupun pencinta alam. (sas/uno)