Di Tarakan “Berebut” Oksigen agar Tak Kehabisan

- Jumat, 23 Juli 2021 | 12:29 WIB
JANGAN KEHABISAN: RSUD Tarakan membutuhkan lebih banyak oksigen seiring semakin banyaknya pasien Covid-19 yang dirawat.
JANGAN KEHABISAN: RSUD Tarakan membutuhkan lebih banyak oksigen seiring semakin banyaknya pasien Covid-19 yang dirawat.

Peningkatan kasus Covid-19 di Tarakan membuat fasilitas kesehatan (faskes) yang merawat pasien Covid-19 membutuhkan lebih banyak tabung oksigen setiap harinya. Dampaknya, stok oksigen di produsen terbatas. Bahkan pihak rumah sakit harus jemput bola demi mendapatkan oksigen.

 

TARAKAN–Direktur RSUD Tarakan dr Franky Sientoro bahkan datang ke pabriknya di Kelurahan Juata Laut. “Tabungnya ada, isi yang tidak ada. Itu saya sempat ke pabrik oksigen, lagi antre dengan anak buah,” ujarnya. Jemput bola terpaksa dilakukan lantaran untuk bisa mendapatkan oksigen, harus rebutan dengan rumah sakit lain. Sementara kebutuhan oksigen juga mendesak.

Saat ini RSUD Tarakan merawat 70 pasien Covid-19 dengan gejala sedang hingga berat. Delapan puluh persen di antaranya membutuhkan oksigen. Dengan kondisi itu, pihaknya membutuhkan minimal 200 tabung setiap hari.

“Tabung kosong dibawa ke sini, ambil tabung, isi, balik lagi, bolak-balik, bolak-balik. Sehari bisa 20, 30 rit karena satu rit isinya lima tabung. Kebutuhan minimal 200 tabung kebutuhan RSUD,” ungkapnya.

Franky mengakui, terjadi peningkatan penggunaan oksigen pada gelombang kedua pandemi Covid-19 ini. Sebelumnya tidak sampai berebut oksigen, tapi sekarang rumah sakit di Tarakan antre di pabrik. RSUD Tarakan mengerahkan enam mobil pikap untuk mengambil tabung oksigen.

Untuk menyiasati stok oksigen yang terbatas, RSUD Tarakan terpaksa meniadakan operasi yang direncanakan untuk sementara waktu. Namun, untuk operasi yang sifatnya darurat tetap dilakukan. Kebijakan itu dilakukan untuk memaksimalkan penyelamatan pasien Coivd-19, pasien ICU, dan pasien jantung. “Semua operasi kolektif, operasi yang direncanakan ditiadakan mulai 23 sampai dua minggu ke depan. Karena tidak cukup oksigen, tidak cukup tenaga, dan kasus covid jauh meningkat, jadi kamar operasi pun menutup,” tegasnya. Dengan kasus Covid-19 yang meningkat di Tarakan, berdampak terhadap perawatan di rumah sakit. Franky yang juga ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltara menyarankan pemkot untuk melaksanakan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

“Saya melihat banyak anak muda berkeliaran, masih banyak kafe yang buka, dengan begitu anak-anak kadang-kadang tidak merasa krisis, tapi begitu dia pulang ke rumah, membawa virus, keluarga tertular semua, kami yang di rumah sakit terkena dampak hilirnya,” ungkapnya. Franky kembali mengajak masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan. Sebab, fase kedua Covid-19 lebih berat, sehingga dibutuhkan kebersamaan untuk menurunkannya.

Peningkatan kebutuhan oksigen juga dialami Rumah Sakit Umum Kota Tarakan (RSUKT). Rumah sakit milik Pemkot Tarakan itu turut merawat pasien Covid-19. Dirut RSUKT Joko Hariyanto menuturkan, pasien Covid-19 dirawat dengan mengunakan oksigen. “Semua pakai. Ada yang dengan kadar biasa atau normal, ada juga dengan tekanan tinggi. Tekanan tinggi itu yang butuh suplai oksigen yang lumayan banyak,” ujarnya. Dia tak menampik kebutuhan oksigen meningkat. “Terus terang kalau untuk penggunaan oksigen pasti meningkat. Karena kondisi pasien semakin buruk, semakin banyak oksigen yang dibutuhkan untuk membantu pernapasan,” imbuhnya.

Menurut Joko, pihaknya sempat mengalami kendala dengan distribusi oksigen, karena penyedia menerima permintaan yang cukup banyak dari RSUD Tarakan maupun RSUKT yang merawat pasien Covid-19. Untuk mengatasi persoalan itu, pihaknya berinisiatif dengan menjemput bola dengan mengambil langsung ke pabriknya. “Sekarang mereka kewalahan, datang sendiri supaya tidak terjadi kekosongan di rumah sakit,” tegasnya. RSUKT membutuhkan hingga 100 tabung setiap hari karena kondisi pasien yang dirawat cukup berat. Sementara sebelumnya, dengan hanya merawat pasien gejala ringan, pihaknya hanya butuh hingga 25 tabung setiap hari.

Mengantisipasi kelangkaan oksigen, Pemkot Tarakan telah menggelar rapat bersama pihak terkait di ruang kerja Wali Kota Tarakan. Pemkot memperbolehkan mendatangkan oksigen dari luar Tarakan.

“Antisipasinya sudah ditugaskan beberapa teman untuk mencari dari luar yang terdekat. Ada yang dari Berau, Balikpapan, yang bisa dikirim dulu lewat darat,” ujar Wali Kota Tarakan Khairul. Fungsi oksigen dari luar Tarakan adalah untuk membantu ketersediaan oksigen. Sebab, pabrik yang ada di Tarakan terbatas produksinya, rata-rata 200 tabung per hari.

Khairul menilai, sebenarnya perusahaan di Tarakan sudah cukup untuk menyiapkan oksigen. Namun, karena terjadi lonjakan Covid-19, perlu ditambah stok dengan mendatangkan dari luar. Kondisi itu diharapkan berlangsung hanya sepekan. (kpg/mrs/dra/k16)

 

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X