Cerita Amrin, Penyintas yang Uji Coba Donor Darah Plasma Konvalesen di RSUD Tarakan

- Jumat, 23 Juli 2021 | 12:39 WIB
DONOR DARAH PLASMA KONVALESEN: Amrin menjadi penyintas yang uji coba peralatan donor darah plasma konvalesen di RSUD Tarakan. MUHAMMAD RAJAB/RAKYAT KALTARA
DONOR DARAH PLASMA KONVALESEN: Amrin menjadi penyintas yang uji coba peralatan donor darah plasma konvalesen di RSUD Tarakan. MUHAMMAD RAJAB/RAKYAT KALTARA

Berbekal pernah terpapar Covid-19 dengan kondisi sedang, Amrin menjadi relawan pertama yang uji coba peralatan donor darah plasma konvalesen di RSUD Tarakan yang telah selesai diperbaiki.

 

Muhammad Rajab, Tarakan

 

Mungkin ini di antara hikmah yang diperoleh Amrin dari statusnya sebagai penyintas atau orang yang pernah terpapar Covid-19. Ia bisa mendonorkan darah plasma konvalesennya untuk kepentingan kemanusiaan.

Sebelumnya, Amrin terpapar virus berbahaya itu pada Februari 2021, tepatnya dua hari setelah pulang dari menjalankan tugas kemanusiaan sebagai relawan Palang Merah Indonesia (PMI), membantu operasi tanggap darurat bencana di Mamuju, Sulawesi Barat.

Sepengetahuannya, banyak rekan-rekan sepenugasannya yang juga terpapar. Hanya saja ia belum merasakan gejala ketika masih di sana. Ditambah lagi hasil negatif dari dua kali melakukan swab antigen.

“Karena memang risiko saya pada saat di perjalanan, saya kan sempa nginap semalam di Makassar karena memang harus transit. Apalagi teman-teman satu tugas saya itu hampir lebih daripada 20 orang itu terpapar covid dan kita sudah berinteraksi langsung. Bisa jadi kemungkinannya kalau bukan di sana, di perjalanan ataupun di sini,” ungkapnya saat ditemui awak media ini, Rabu (21/7). 

Selesai melaksanakan tugas, pria yang lahir pada 10 Oktober 1980 pulang ke Tarakan pada 4 Februari dan masuk kerja pada 5 Februari. Ia sempat mengikuti vaksinasi dosis kedua pada hari itu juga.

Gejala mulai dirasakan Amrin pada 6 Februari seperti meriang. Ia mengira, ini dampak dari vaksinasi sehingga dianggap hal yang biasa saja.

Akan tetapi kondisinya semakin tidak membaik dengan merasakan gejala lainnya seperti demam tinggi, keringatan, batuk dan diare, namun indra perasa tetap berfungsi.  Kondisi ini memunculkan kecurigaannya terpapar covid-19 sehingga membuatnya memeriksakan diri.

“Saya dinyatakan positif pakai rapid tes itu tanggal 8, PCR itu keluarnya tanggal 9 Februari,” beber pria yang kini menjabat Sekretaris PMI Kota Tarakan ini, ditemui awak media ini, Rabu (21/7).

Tidak hanya dirinya, keluarganya mulai dari istri, anak hingga mertuanya juga terpapar dengan bergejala, meski tidak seberat yang rasakannya.   

“Kalau istri saya gejala ringan cuma hilang perasa, anak saya cuma gejala batuk, mertua saya hanya demam-demam biasa,” ujar alumni Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan ini.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X