Perjuangan dr Edi Samodro untuk sembuh dari Covid-19 berbuah hasil. Swabnya dinyatakan negatif setelah menerima darah plasma konvalesen.
Muhammad Rajab, TARAKAN
COVID-19 tidak mengenal usia, jenis kelamin, atau profesi. Itu yang terjadi pada dr Edi Samodro. Sebagai tenaga kesehatan, dia rentan terpapar karena sehari-harinya melayani pasien di tempat praktiknya. Edi juga membuka layanan swab antigen.
Namun, tidak diketahui dari mana Edi mulai terpapar. Pada Februari 2021 lalu, dia merasakan gejala Covid-19 yang memaksanya melakukan swab polymerase chain reaction (PCR) secara mandiri di Rumah Sakit Pertamina.
“Saya sebenarnya lari ke Pertamedika (Rumah Sakit Pertamina), kenapa batuk tidak berhenti-berhenti. Swab ternyata positif,” cerita Edi saat ditemui di kantor PMI Tarakan. Dengan hasil itu, laki-laki yang juga menjabat Kepala Unit Donor Darah PMI Tarakan itu mengambil langkah untuk mendapat perawatan intensif di RSUD Tarakan.
Selain itu, dia juga mengantisipasi sejak dini kemungkinan menjalani terapi alternatif jika kondisinya tidak membaik. Yakni menyiapkan darah plasma konvalesen yang disimpan di Kantor PMI Tarakan agar segera digunakannya jika memang dibutuhkan. Seandainya sembuh tanpa menggunakan darah plasma dari orang yang pernah terpapar Covid-19, dia berencana akan memberikan kepada yang membutuhkan.
“Jadi begitu saya divonis positif, langsung ambil plasma untuk tak taruh di sini, siapa tahu terapi saya gagal,” tuturnya.
Pada 10 hari pertama dirawat, Edi mendapatkan terapi awal berupa obat-obatan anti virus. Namun, kondisi tidak menunjukkan progres membaik. Bahkan badannya masih lemas. Hasil evaluasi dokter yang menangani, menyarankan untuk melakukan terapi plasma konvalesen. Kabar itu dia terima pada hari ke-10 di malam hari. Artinya, antisipasinya tidak meleset. “Ternyata betul tidak membaik terapi itu, makanya dokter malam-malam datang, bahwa harus terapi plasma,” tuturnya.
Karena sudah mengantisipasi dari awal, Edi menerima saran dokter. Sebanyak dua kantong darah plasma konvalesen yang sudah disiapkan dimasukkan ke dalam tubuhnya secara bertahap. Dia memulai transfusi darah plasma konvalesen pada hari ke-11. Edi juga tetap mengharapkan pertolongan dari Allah SWT. Edi mengaku merasakan perubahan kondisi kesehatan yang lebih baik setelah menerima satu kantong. “Oh, tambah enak,” imbuhnya.
Di hari ke-12, dia menerima satu kantong darah plasma konvalesen lagi. Setelah itu, kondisi tubuhnya semakin bugar. Melihat perubahan yang lebih baik, tenaga medis mengambil swab Edi Samodro untuk diuji. Hasilnya negatif, dan dia diperbolehkan pulang. (kpg/dra)