Pelanggan Mulai Mengeluh

- Minggu, 29 Agustus 2021 | 20:11 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

TARAKAN - Sejak Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Alam Tarakan memberlakukan penggiliran pendistribusian air, warga Tarakan mengeluhkan kebijakan tersebut. Diketahui, penggiliran tersebut dilakukan sejak 25 Agustus lalu, akibat krisis air baku di Embung Binalatung Kampung Satu.

Salah seorang warga Kelurahan Kampung Satu, Hendriansyah, mengatakan dirinya terpaksa memesan air untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sebab air yang biasa digunakan tidak bisa mengalir. "Kalau mengandalkan air hujan selama ini tidak cukup. Jadi kami bergantung dengan air dari yang didistribusikan oleh PDAM," katanya, Sabtu (28/8).

Ia berharap Pemkot Tarakan segera mencari solusi untuk mengatasi persoalan ini. Adanya sistem penggiliran pendistribusian air, membuat dirinya dan warga lainnya harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli air bersih.

"Kalau alasannya karena krisis, seharusnya sebelum terjadi krisis itu sudah dicari solusinya, jangan seperti sekarang menyusahkan warga. Padahal kita ini tidak pernah telat bayarnya," keluhnya.

Menanggapi ini, Plt Direktur Perumda Air Minum Tirta Alam Tarakan, Muhammad Jufri, menjelaskan secara teknis penggiliran dilakukan dalam kurun 3 hari. Pertama difokuskan untuk pengisian pipa dan flushing, selanjutnya mengisi tandon atau penampungan pelanggan.

"Ini hanya untuk daerah yang wilayah pelayanannya dekat dengan Instalasi Pengolahan Air (IPA), seperti Markoni, Ladang, dan sekitarnya. Sedangkan 4 hari dilakukan karena untuk pengisian pipa untuk yang terjauh dan wilayah berbukit, karena membutuhkan 2 sampai 3 hari untuk pengisian pipa. Terutama di wilayah belakang kantor BRI dan sekitarnya," jelasnya.

Untuk pendistribusian ke wilayah Mamburungan dan Pantai Amal, disebabkan volume pipa yang harus diisi sangat banyak. Sehingga di hari ketiga dan keempat baru bisa dialirkan ke pelanggan. "Ini juga tergantung produksinya. Apabila terjadi penurunan produksi, maka akan semakin lama pengisian pipa induk," ujarnya.

Sistem penggiliran pendistribusian air, karena kondisi krisis air di Embung Binalatung Kampung Satu. Terjadi penurunan debit air kurang lebih 231 cm dari titik 0. "Produksi normalnya 230 liter per detik, kini menjadi 124 liter per detik. Otomatis kami tidak bisa melayani seluruhnya, sehingga dilakukan penggiliran," bebernya.

Ia juga belum bisa memastikan, proses penggiliran selesai diberlakukan. Embung Binalatung Kampung Satu ini berbeda dengan Embung Bengawan atau Embung Persemaian. Dua embung tersebut memiliki cadangan air baku dengan memanfaatkan sungai besar. Sebenarnya Embung Binalatung ini memiliki sungai, hanya saja debit airnya sangat kecil. Sekitar 60 hingga 70 liter per detik.

Saat ini, solusi untuk mengatasi krisis air baku Embung Binalatung Kampung Satu hanya berharap pada sumber air baku Sungai Indulung. Pengerjaan proses pipanisasi ditargetkan selesai akhir tahun ini.

"Kalau air baku Sungai Indulung sudah bisa didistribusikan ke Embung Binalatung Kampung Satu. Saya rasa bisa mengatasi krisis air baku yang terjadi saat ini. Nantinya, air baku yang didistribusikan dari Sungai Indulung mencapai 200 liter per detik," sebutnya. (sas/udi)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X