TARAKAN - Kebutuhan pangan seperti cabai keriting, cabai merah besar, cabai hijau besar dan cabai rawit selama ini sebagian besar Tarakan masih bergantung dari pulau Jawa dan Sulawesi.
Harga cabai ini biasanya mahal hingga Rp 100 ribu per kilogram (kg) di momen tertentu. Diantaranya menjelang hari besar keagamaan, seperti Idul Fitri dan Natal di akhir tahun. Kepala Dinas Peternakan dan Tanaman Pangan Tarakan Elang Buana menjelaskan, harga cabai saat ini sudah mengalami penurunan. Di sejumlah pasar tradisional harganya Rp 35 ribu per kg.
“Kalau kami hitung, Rp 23 ribu per kg dari petani sudah ada untungnya. Artinya, masih bias mendapatkan keuntungan meski sangat rendah,” ujarnya, Selasa (7/9).
Sampai saat ini, pihaknya pun belum menerima keluhan para petani terkait rendahnya harga cabai. Kemungkinan turunnya harga cabai ini, tidak hanya karena tidak ada momen hari besar maupun PPKM Level 4 yang masih diberlakukan untuk Tarakan. Tetapi, para petani sudah memproduksi cabai sendiri dalam jumlah besar.
Seperti cabai keriting, yang sebelumnya didatangkan dari Sulawesi biasanya tiba di Tarakan sebagian sudah ada yang layu karena lamanya perjalanan. Jika ditanam sendiri, sampai di pasar hingga ke tangan konsumen kondisinya masih segar. “Kalau cabai, banyak produksinya kita. Bahkan sudah mendekati swasembada, cabai yang ada hampir sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” jelasnya.
Para petani memanfaatkan lahan pertanian yang ada di kawasan Juata dan menggunakan lahan yang merupakan bantuan dari Pemerintah Pusat. Belum lama ini, ada 16 kelompok tani yang dibantu akibat terdampak Covid-19.
“Jika pas Lebaran nanti, misalnya ada kenaikan memang itu sudah momennya. Kebutuhan meningkat, tapi tahun ini harganya masih standar dan lebih rendah dari harga yang ada di Jawa,” ungkapnya.
Salah seorang pembeli cabai di Pasar Gusher Nur Syamsiah mengakui, biasa membeli cabai tiga hari sekali. Tergantung menu sayur masak yang dijualnya. Harga cabai pernah per kilogram Rp 35 ribu-Rp 50 ribu. “Tapi, beberapa hari ini kami beli Rp 35 ribu per kg. Itu sudah lombok kampung, masih segar dan bisa tahan sampai beberapa hari,” singkatnya. (sas/uno)