TARAKAN – Selama pandemi Covid-19, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Tarakan mendapat laporan ada empat siswa terpaksa pindah dari program sekolah formal ke sekolah paket.
“Orang tua siswa itu melaporkan, anaknya pindah ke program paket,” terang Kadisdikbud Tarakan Tajuddin Tuwo kepada awak media, Jumat (10/9).
Mantan Kepala Disperindakop dan UMKM Tarakan itu tidak memperoleh data pasti jenjang pendidikan mereka. Demikian juga dengan alasan orang tuanya untuk memindahkan dari sekolah formal ke sekolah paket.
Namun, bagi Tajuddin, hal itu tidak menjadi masalah. Karena menurutnya, mereka juga tetap bersekolah. Di samping itu, pendidikan paket juga diakui oleh pemerintah.
Kecuali, siswa yang sudah belajar di sekolah formal lalu melanjutkan pendidikan ke sekolah paket dengan kelas lebih tinggi, dibuktikan dengan rapor. “Misalnya kelas 2 naik kelas 3, siswa tidak mau lagi mengikuti program di sekolah formal. Maka siswa itu ke PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) dengan memperlihatkan bukti rapor. Jadi siswa bisa masuk langsung ke kelas 3,” ungkap Tajuddin.
Sementara itu, pada jenjang SMA dan SMK, Kepala Cabang Disdikbud Kaltara Wilayah Tarakan Ahmad Yani mengaku belum diperoleh laporan ada siswa yang putus sekolah selama pandemi Covid-19.
Yang banyak dijumpai justru siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran secara daring. “Yang kesulitan ada, macam-macam masalahnya. Sampai putus sekolah belum ada,” ujarnya.
Kesulitan yang dihadapi di antaranya persoalan data paket. Meskipun sudah ada program yang disiapkan Pemerintah Pusat, akan tetapi hambatan yang ditemui siswa menggunakan nomor handphone tidak sesuai dengan yang masuk dalam data.
Menurutnya, tidak mungkin bisa mengikuti daring terus menerus jika memori handphone hanya 1 GB. Di masa pandemi Covid-19 sebenarnya dimungkinkan satuan pendidikan melakukan tatap muka langsung. Akan tetapi dengan jumlah siswa yang terbatas. (mrs/uno)
