KRI Bima Suci Berlabuh Perdana di Perbatasan

- Selasa, 14 September 2021 | 20:48 WIB
BERLABUH PERDANA: Kapal layar latih TNI AL, KRI Bima Suci saat berlabuh di Pulai Sebatik, Kabupaten Nunukan, Senin (13/9).
BERLABUH PERDANA: Kapal layar latih TNI AL, KRI Bima Suci saat berlabuh di Pulai Sebatik, Kabupaten Nunukan, Senin (13/9).

NUNUKAN – Kapal layar latih milik TNI AL, KRI Bima Suci, berlabuh perdana di perbatasan RI – Malaysia di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Senin (13/9). 

Komandan KRI Bima Suci Letkol Laut (P) Waluyo mengatakan, di wilayah Pulau Sebatik terdapat Satgas Marinir yang menjadi benteng tangguh penjaga batas laut NKRI. Para Taruna dan Taruni AAL bisa berbagi cerita dan pengalaman dengan para penjaga NKRI ini.

“Pada etape KRI Bima Suci ke 7, kita berlabuh ke perairan Sei Pancang Pulau Sebatik. Ini untuk memberikan gambaran seluruh prajurit maupun taruna. Bahwa di perbatasan RI, ada hal yang sangat perlu diperhatikan,” terang Waluyo.

Selain itu, kunjungan ke perairan Sebatik untuk unjuk gigi terhadap Malaysia. Bahwa Indonesia memiliki angkatan laut yang hebat, tangguh dan profesional.

“Kita berharap masyarakat di tempat kita singgahi tertarik untuk mengabdi kepada negara, dengan menjadi prajurit TNI AL. Bergabung dengan matra laut dan menjaga batas NKRI di lautan,” imbuhnya.

KRI yang semula dijadwalkan berlayar ke Rusia ini, sementara hanya diperintahkan untuk mengarungi pulau terluar di Indonesia. Akibat adanya pandemi Covid-19. Namun, pelayaran tetap dilakukan dalam navigasi lingkaran besar. KRI Bima Suci sudah menyiapkan antisipasi khusus dalam sebaran wabah Covid-19.

“Kita siapkan ruang isolasi, yang dulunya ruang rekreasi buat Taruna. Kita modifikasi sebagai ruang isolasi. KRI Bima Suci diinstal PCR portable, ada satu ruangan kita design untuk lab PCR,” tuturnya.

Perwira Pelaksana Latihan (Palaklat) KJK Letkol Laut (P) Pungky Kurniawan menambahkan, KRI Bima Suci membawa 12 Taruni dan 77 Taruna. Mereka digembleng secara fisik dan mental, sekaligus menguatkan pengetahuan akan pelayaran navigasi astronomi.

Di era kemajuan teknologi, navigasi astronomi justru menjadi penting karena merupakan pelajaran dasar berlayar. Dimana para pelaut harus mampu membaca pesan alam maupun fenomena sains alam semesta.

“Ketika kita terlalu mengandalkan teknologi, tak bisa dijamin. Ketika kondisi alatnya rusak, bagaimana menentukan posisi apabila kita tidak punya peralatan navigasi. Inilah yang kami tekankan pada Taruna Taruni,” jelasnya.

Pungky mengakui, pengalaman pelayaran KRI Bima Suci saat ini dilakukan hanya di laut Indonesia. Karena pandemi Covid-19, tidak sesempurna pelayaran ke Eropa atau benua lain. Inti dari pengetahuan dan penggemblengan para Taruna Taruni AAL masih tetap menjadi hal pokok, meski dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.

“Ini pelayaran kedua KRI Bima Suci dalam negeri. Sebagai prajurit, perubahan apapun menjadi tantangan kami, termasuk gelagat alam saat berlayar. Dalam kondisi apapun kita selalu siap untuk itu,” tegasnya. 

KRI Bima Suci mulai berlayar Senin 26 Juli lalu dan dijadwalkan berakhir hingga 2 November mendatang. Dalam kurun waktu 99 hari tersebut, KRI Bima Suci akan mengarungi samudera dengan jarak tempuh sejauh 11.328 NM. Ada 13 destinasi tujuan yang menjadi lokasi berlabuh. Berawal dari Surabaya, Labuan Bajo, kemudian Tual, Jayapura, Raja Ampat, Morotai, Nunukan (Sei Pancang), Tarakan, Ranai, Sabang, Nias, Cilacap, Bali, dan kembali ke pangkalan Surabaya. (*/lik/*/viq/uno) 

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X