Tiga Daerah di Kaltara Potensial untuk Budi Daya Lobster

- Senin, 20 September 2021 | 11:09 WIB
Pulau Bunyu
Pulau Bunyu

TANJUNG SELOR - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Syahrullah Mursalin mengatakan, pihaknya merencanakan penyusunan kajian kesesuaian usaha budi daya lobster tahun depan.

Kajian yang dimaksud, salah satunya untuk menentukan lokasi sentra budi daya lobster di Kaltara. Saat ini sudah ada tiga pilihan lokasi yang dikumpulkan, yakni di Tanah Kuning, Bunyu, dan Sebatik. “Kita lihat di sana nanti bagaimana berdasarkan hasil kajian,” katanya, Jumat (17/9) lalu.

Menurutnya, ketiga lokasi tersebut menjadi habitat bagi sejumlah jenis lobster. Namun, ia belum mengetahui pasti potensi ketika dibangun sentra budi daya. “Selama ini ada, tapi belum tahu bagaimana,” ujarnya. Kajian yang dilakukan juga akan melibatkan kelompok nelayan, khususnya mereka yang selama ini fokus menangkap lobster.

“Selama ini mereka kan menangkap saja. Kalau kita ajak nanti untuk membudidayakannya,” jelas Syahrullah. Ia memperkirakan, adanya sentra budi daya lobster bisa meningkatkan produksi ke depan. Berbeda jauh dengan hanya mengandalkan tangkapan. “Dengan budi daya insyaallah bisa lebih berkembang. Kalau hanya tangkap kan tidak banyak,” jelasnya lagi.

Lanjut dia, ada lima jenis lobster yang bisa dikembangkan di Kaltara, yaitu jenis mutiara, jenis pakistan, jenis bambu, jenis batik, dan jenis pasir yang mana jenis tersebut sudah ada di wilayah Kaltara.

Hingga tahun ini, dia menyebut, tidak ada satu pun sentra budi daya lobster di Kaltara. Seluruh lobster yang dijual hanya berasal dari tangkapan nelayan. “Rata-rata lobster masih hasil penangkapan, belum ada yang budi daya,” tuturnya.

Berbicara permintaan pasar, dia menilai, potensinya cukup tinggi. Bahkan Kaltara tidak mampu memenuhinya, sehingga dengan adanya program budi daya lobster ke depan, diharapkan menutup kekurangan permintaan tersebut.

“Permintaan lobster ini tinggi. Banyak yang minta, sementara stok atau barang tersedia masih kurang. Makanya kita bantu secara budi daya ke depan. Harapannya memang agar menyejahterakan masyarakat juga, sekaligus meningkatkan PAD (pendapatan asli daerah),” ulasnya.

Lebih detail, satu pengumpul lobster bisa mengirim 72 ribu ekor setiap tahunnya. Atau sekitar 43,2 ton.

“Informasi dari salah satu pengumpul, dia bisa kirim 20 kali per bulan, per sekali kirim itu 10 boks. Jadi kalau saya hitung, lobster yang dikirim per tahun dari satu pengumpul itu 72 ribu ekor, 43,2 ton lah,” tuturnya.

Soal harga, berkisar antara Rp 400 ribu sampai di atas Rp 1 juta per ekornya. Variasi harga menyesuaikan ukuran dan jenis lobster.

“Jualnya itu kan per size. Jenis mutiara itu paling tinggi, Rp 540 ribu sampai di atas Rp 1 juta. Kalau pakistan, batik, pasir, bambu, itu mulai Rp 450 ribu untuk size 5 ons sampai 8 ons,” tutupnya. (*nnf/rdh/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X