Ancaman Dunia Pendidikan

- Senin, 20 September 2021 | 20:52 WIB
MENGANCAM PENDIDIKAN: Masih ditemukan anak usia sekolah yang menghabiskan waktu bekerja di lokasi panen rumput laut.
MENGANCAM PENDIDIKAN: Masih ditemukan anak usia sekolah yang menghabiskan waktu bekerja di lokasi panen rumput laut.

NUNUKAN – Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, sejumlah anak sekolah di Kabupaten Nunukan banyak terlihat di lokasi panen rumput laut. Mayoritas mereka dibawa orang tuanya untuk membantu menghasilkan uang, dari mengikat rumput laut. 

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Nunukan Abdul Wahid mengakui, para murid sekolah khususnya SD dan SMP, banyak menghabiskan waktu di mess rumput laut sepanjang pesisir pantai.

“Untuk sekolah SD saja, asumsinya ada sekitar 15 persen di satu sekolahan yang muridnya bekerja sebagai buruh ikat rumput laut. Satu sisi mereka membantu orang tua, sisi lain ada ancaman yang berbahaya. Karena bisa menjadi sebab learning loss dan lost generation,” terang Wahid, Minggu (19/9). 

Yang disebut learning loss merupakan hilangnya pengetahuan dan keterampilan secara spesifik atau umum. Bisa berupa kemunduran dalam kemajuan akademis. Penyebab paling umum karena diskontinuitas dalam pendidikan siswa.

Kasus ini dikhawatirkan terjadi di Nunukan, mengingat adaptasi pembelajaran masih belum optimal dan dilakukan secara virtual. “Hak dasar pendidikan siswa seakan terabaikan. Selama ini proses belajar mengajar dilakukan daring. Tak semua bisa terpantau dan banyak murid ataupun pelajar yang slow respon. Sehingga guru harus setiap hari mengingatkan tugas sekolahnya,” bebernya. 

Dari sejumlah penelusuran yang dilakukannya, para murid yang slow respon mayoritas bekerja sebagai pengikat rumput laut. Persoalan ini menjadi perkara yang butuh perhatian serius. Orang tua memilih mengerjakan tugas anaknya ketimbang mendampingi belajar.

Pernyataan ini dibuktikan dengan tes ujian tertulis, yang dilakukan secara langsung di SDN 005 Nunukan. Wahid yang juga sebagai Kepala SDN 005 Nunukan ini, sempat meminta para orang tua murid menandatangani ujian langsung di sekolah. 

“Ujian kita lakukan untuk anak kelas 1 SD. Hasilnya banyak anak-anak yang menangis tak bisa mengerjakan soal. Karena masih banyak dari mereka yang tak bisa menulis ataupun membaca,” katanya prihatin.

Aktifnya anak-anak usia sekolah di mess rumput laut, diakui atau tidak akan membangun mindset seperti orang tuanya. Perlahan anak-anak akan berpikir untuk bekerja saja ketimbang bersekolah.

“Dengan mudah mendapat uang, anak-anak bisa membeli apa yang mereka inginkan. Kondisi ini akan menggeser peranan pentingnya pendidikan pada usia dini. Imbasnya, kita kehilangan generasi emas di masa mendatang,” tutur Wahid.

Persoalan ini juga sudah disampaikan saat rapat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Sayangnya, isu penting ini belum mendapat tanggapan serius dari instansi yang memiliki kewenangan. 

Wahid menyayangkan kebijakan di masa pandemi Covid-19 hanya berfokus pada isu kesehatan. Pemangku kebijakan terlalu perhatian dengan dampak kesehatan. Tanpa mempertimbangkan dampak pendidikan. “Ini masih menjadi keprihatinan kami. Semoga persoalan ini segera dicarikan solusi,” harapnya. (*/lik/*/viq/uno) 

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Upah Tak Sesuai, PMI Kabur dari Majikan di Malaysia

Selasa, 19 Maret 2024 | 14:30 WIB

Lagi, 7,68 Hektare Lahan di Binusan Diduga Dibakar

Minggu, 17 Maret 2024 | 14:50 WIB
X