TANJUNG SELOR – Sebelum menggelar agenda rutin tahunan, yakni Musik Alam. Nada Sendu menjadi tolak ukur antusiasme masyarakat terhadap event kesenian yang berkebudayaan.
Tahun ini, Nada Sendu sudah terlaksana untuk yang ketiga kalinya. Dengan mengambil lokasi di Tanjung Rumbia, belum lama ini. Ketua Pelaksana Nada Sendu Rahmat Wahyudi mengakui, tercetusnya Nada Sendu sejak tahun 2017 silam.
“Pada tahun 2019 kita jadikan Nada Sendu sebagai praevent Musik Alam,” ucap pria yang akrab biasa disapa Kamay, Jumat (24/9). Selama tiga tahun terlaksana, semakin banyak kaula muda yang mulai belajar dan memainkan alat musik tradisional. Seperti sape dan gambus.
Pra event tersebut bakal bermuara pada pelaksanaan Musik Alam Fest 2K21 pada November mendatang. “Target kita teredukasinya warga terhadap kegiatan kebudayaan, yang dibalut dengan hiburan,” harap pria yang biasa dipanggil Kamay.
Menurut Kamay, Nada Sendu pun terinspirasi dari videoklip Gerald Situmorang. Yang membawa lagu Old Story. Sehingga, konsep tersebut pun diadopsi menjadi sebuah event.
“Nada Sendu hanya dimainkan satu orang dan satu instrumen. Permainan musik lebih ke instrumentalia, tanpa lirik yang dinyanyikan,” ujarnya. (*/nnf/uno)