TIDENG PALE – Tradisi tolak bala dan gelaran adat dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Tana Tidung (KTT) bersama masyarakat di Pelabuhan Kuliner Tideng Pale, Rabu (6/10).
Dalam pelaksanaan tersebut dihadiri Wakil Bupati KTT Hendrik. Diharapkan, melalui doa tolak bala ini semua dijauhkan dari segala marabahaya. Menurut Hendrik, semua bulan dalam setahun tidak ada yang tidak baik. Namun sebagai masyarakat yang berbudaya, tentu memiliki tradisi yang telah dilestarikan.
“Tradisi budaya yang masih dilestarikan sampai saat ini adalah tradisi budaya tolak bala,” ujar Hendrik, kemarin (6/10).
Hendrik mengatakan, tradisi di Kalimantan pada umumnya biasa menyebut sebagai tolak bala. Yang diperingati pada awal Rabu bulan Safar. Gelar budaya adat tolak bala ini, untuk memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pelaksanaan tradisi adat tolak bala juga difasilitasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) KTT. Dikatakan Kepala Disdikbud KTT Jafar Sidik, tradisi tolak bala ini merupakan tradisi masyarakat suku Tidung.
“Pemerintah daerah berusaha menyatukan. Selain acara adat tolak bala, kita juga mengadakan silaturahmi,” ujar Jafar, Rabu (6/10).
Acara tersebut turut meriahkan ratusan orang dan tetap mengacu pada petunjuk serta arahan Bupati KTT. Tradisi tolak bala ini direncanakan akan masuk dalam ajang budaya dan diagendakan rutin setiap tahun.
“Kemungkinan di tahun yang akan datang kita buat festival, termasuk pameran kue-kue model gaya lama,” tutur Jafar. Selain di Tideng Pale, acara serupa juga dilaksanakan di Kecamatan Tana Lia dan Sesayap Hilir. Ini sengaja dilakukan secara terpisah, mengingat masa pandemi untuk mengurangi kerumunan massa. “Tak mungkin kita menggabungkan semua, mengingat sekarang masih pandemi Covid,” tutup Jafar. (*/mts/uno)