TARAKAN – Solusi atas persoalan tiga siswa bersaudara di SDN 051 Juata Permai yang tidak naik kelas tiga tahun berturut-turut, sepertinya belum akan menemui titik terang.
Pasalnya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Tarakan dan kuasa hukum ketiga anak tersebut belum menemui kata sepakat. Terkait syarat yang diberikan untuk menyelesaikan persoalan.
Disdikbud Tarakan mengajak kuasa hukum mereka untuk berdiskusi di Tarakan pada Senin pekan lalu (6/12). Namun, tidak datang. Hal itu diakui Kepala Disdikbud Tarakan Tajuddin Tuwo.
“Jadi yang kami rapat di sini hanya bagian hukum, kemudian kepala sekolah dengan Disdikbud,” terang Tajuddin, Kamis (9/12).
Menurut Tajuddin, sebenarnya ingin menyelesaikan persoalan. Syarat yang diajukan juga dinilai biasa-biasa saja. Yang penting pihaknya meminta bisa disesuaikan dengan aturan di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan Kementerian Agama.
Akan tetapi, pihak sebelah dinilai selalu ingin memasukkan hal-hal yang tidak diatur dalam kurikulum pendidikan agama. Sehingga pihaknya tidak bisa memberikan toleransi.
“Kalau memang ada aturan yang memayungi itu, yang diusulkan tidak ada masalah. Kita siap saja melakukan. Artinya, kalau mau memaksakan yang tidak sesuai dengan aturan, tentu saja kita mengakomodirnya,” tuturnya.
Salah satu yang menjadi keinginan mereka, penyiapan guru agama yang bersangkutan. Terkait keinginan itu, Tajuddin menegaskan tidak mempersoalkan sepanjang ada izin dari Bimas Kristen. Karena sesuai kurikulum, hanya ada enam agama yang diakui.
Terlepas persoalan itu, Disdikbud termasuk Pemkot Tarakan sangat prihatin dengan kondisi ketiga siswa tersebut. Akan tetapi, pihaknya juga tidak bisa melakukan hal-hal yang di luar kewenangan yang diberikan kepada pihaknya.
“Kami inikan pelaksana amanah dan sekaligus pengaman amanah atau peraturan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,” tegasnya. (mrs/uno)
