TIDENG PALE – Pendistribusian LPG (Liquefied Petroleum Gas) 3 kilogram ke Kabupaten Tana Tidung (KTT) diduga terjadi transaksi jual beli, sebelum tiba di tempat tujuan.
Dampak dari itu, kuota yang sebenarnya jatah untuk KTT pun berkurang. PT Puja Nabila yang merupakan agen resmi, yang memegang tiga kabupaten di Kaltara membantah soal tersebut. Karena kuota yang dikirim dari Samarinda ke KTT melalui pengawasan ketat.
“Bila diketahui ada driver dari Samarinda- KTT, terus ketahuan bongkarnya di Sekatak, Kabupaten Bulungan dan ada buktinya berupa foto. Maka dari agen tegaskan driver itu langsung dipecat,” tegas Direktur PT Puja Nabila Muhammad Nasir, Kamis lalu (20/1).
Menurut Nasir, pengawasan dari agen begitu ketat. Setiap pembongkaran di titik tujuan ada catatan jumlah tabung yang diangkut. Kemudian, dihitung tabung LPG yang bocor.
“Itu semua ada datanya dan laporan via grup WhatsApp. Jadi, misalkan ada indikasi pembongkaran bukan pada tempat tujuan, saya tegaskan tidak benar kalau dari agen,” tuturnya.
Nasir memastikan pendataan itu maksimal. Setiap driver memiliki nomor WhatsApp. Lalu pantaunya melalui itu, laporan dipastikan mulai dari tahap angkut sampai titik tujuan. Bukan hanya itu, transaksi jual beli tabung LPG menjadi atensi khusus pihaknya.
Penyaluran LPG 3 kg di KTT belum merata. Beberapa desa menginginkan adanya pangkalan masing-masing desa. Penyaluran dari agen diteruskan pada pangkalan, lalu disalurkan bagi masyarakat desa. Usulan dari beberapa desa, misalnya Desa Sengkong menginginkan agar penyaluran lewat satu pintu melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).
Kepala Desa Sengkong Sulaiman menyampaikan, kondisi saat ini di desanya sangat langka secara ketersedian LPG 3 kg. LPG yang disubsidi oleh pemerintah, bagi masyarakat kurang mampu masih sulit didapat. Untuk mendapatkan, warga rela keluar Desa Sengkong dengan membeli seharga Rp 50 ribu per tabung.
“Di Desa Sengkong belum ada pangkalan. Makanya kita mengusulkan, kalau bisa penyalurannya satu pintu lewat Bumdes,” ucap Sulaiman.
Diakuinya, kebutuhan LPG sangat tinggi. Namun, karena barangnya susah didapat makanya mengusulkan pendistribusian lewat Bumdes. Mengingat, desa tersebut masuk dalam kawasan pesisir. Jarak dari Desa Sengkong ke Tideng Pale ditempuh sekitar satu jam lebih. Karena kondisi jalannya rusak. Jadi, kalau warga mengharuskan datang ke Tideng Pale, otomtatis ada biaya transportasi.
“Ini tentu membuat harga LPG 3 kg naik. Karena ditambah dengan ongkos angkut,” tuturnya. (*/mts/uno)