Astaga..!! 48 Anak Jadi Korban Asusila, Korban Satu Sekolah

- Minggu, 27 Maret 2022 | 20:19 WIB
ilustrasi
ilustrasi

TARAKAN – Sebanyak 48 anak tercatat menjadi korban tindak asusila yang dilakukan RA (22) di salah satu sekolah di Tarakan. Diketahui, dugaan aksi bejat pencabulan sesama jenis kepada anak di bawah umur yang dilakukan tersangka, terkuak pada 7 Maret lalu.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, serta Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Kota Tarakan, Maryam, mengatakan sejumlah langkah sudah dilakukan pihaknya. Salah satunya memberikan terapi terhadap keluarga korban dalam satu rumah. Tujuannya agar keluarga bisa turut membantu anak-anak agar tidak trauma dengan hal tersebut.

"Orangtua, dalam hal ini jangan sampai bertanya. Mengulangi lagi membahas lagi. Untuk penanganan kepada anak-anak juga sudah dilaksanakan dan saat ini masih terus berjalan," katanya, Sabtu (26/3).

Terapinya dilakukan per kelompok berdasarkan keparahan traumatik yang cukup berat. Tercatat saat ini jumlah anak yang ditangani pihaknya sebanyak 48 anak yang menjadi korban. "Risiko berat dua anak. Traumatiknya cukup tinggi dan terapinya tersendiri privat. Sisa 46 itu dibagi tiga kelompok dan diterapi teman-teman HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) Kaltara," jelasnya.

Mengantisipasi agar hal tersebut jangan terulang, pihaknya telah menggelar rapat koordinasi lintas sektor dan organisasi pimpinan daerah (OPD). Dari data yang didapat, lingkungan pesantren di Tarakan kerap mengalami kejadian serupa.

"Jika melihat kasus ini, ada mekanisme di dalam pendirian pesantren yang tidak terpenuhi. Misalnya untuk guru khususnya perlu ada asesmen sesuai kualifikasi. Kemudian izin operasional harus tahu. Standar operasionalnya juga sesuai SOP. Itu kemarin kami diskusi agar meminimalisasi itu," ungkapnya.

Rencananya pihaknya akan terlibat dalam pemantauan operasional berdirinya pesantren. Selain itu pihak kecamatan, KUA, koramil, polsek, turut mendata jumlah pesantren, sekolah agama, hingga boarding school.

"Banyak sekolah berbasis boarding school. Termasuk mempertanyakan kredibilitas guru yang mengajar. Karena kan yang menjadi persoalan saat ini, oknum guru yang kebanyakan memunculkan kasus ini. Diharapkan sekolah jangan asal menerima, apalagi tanpa asesmen terutama psikologi," harapnya.

Selain itu, pengurus di sekolah maupun pesantren mengulas soal edukasi bagi siswa terhadap organ-organ yang tak boleh asal disentuh orang lain. "Mana boleh, mana tidak boleh. Ini juga menurut saya sangat penting," pesannya. (sas/udi)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X